Misteri Rp 300 Triliun dari Biden untuk RI, Utang atau Hibah?

Nusa Dua, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang berlangsung sejak kemarin, Selasa (15/11/2022), telah ditutup secara resmi hari ini, Rabu (16/11/2022) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Adapun dalam KTT G20 selama dua hari ini turut membawa dampak positif bagi Indonesia. Salah satunya, komitmen pendanaan hingga US$ 20 miliar atau sekitar Rp 311 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per US$) dari negara-negara maju tergabung dalam G7, termasuk dari Amerika Serikat, untuk Indonesia.
Adapun negara-negara yang tergabung dalam G7 antara lain Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Hal ini diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat konferensi pers penutupan KTT G20 di Bali, Rabu (16/11/2022).
Presiden Jokowi mengatakan, komitmen pendanaan US$ 20 miliar ini ditujukan untuk program transisi energi di Tanah Air. Dia menyebut, ini merupakan salah satu hasil dari sejumlah poin penting lainnya dalam KTT G20 di Bali ini.
"Ada beberapa yang dihasilkan, terbentuknya Pandemic Fund yang terkumpul US$ 1,5 miliar. Kemudian, pembentukan dan operasionalisasi resilience and sustainability di bawah IMF US$ 81,6 miliar untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis. Lalu, Energy Transition Mechanism untuk Indonesia memperoleh komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) program US$ 20 miliar," paparnya saat konferensi pers usai penutupan KTT G20 di Bali, Rabu (16/11/2022).
"Hasil yang konkret, meski banyak sekali sebetulnya hasil lainnya," ucapnya.
Lantas, komitmen pendanaan dari Amerika Serikat, Inggris dan lainnya yang tergabung dalam G7 ini apakah berupa utang dengan bunga rendah atau kah dana hibah?
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun akhirnya buka suara terkait hal ini. Dia mengatakan, komitmen pendanaan ini masih akan dibahas lagi rinciannya dengan sejumlah pihak terkait karena ini merupakan kombinasi dari multilateral development bank, bilateral, dan juga filantropi, maupun hibah (grant).
"Kita akan lihat dari sisi detailnya karena itu berbagai kombinasi dari multilateral development bank, bilateral, dan juga dari sisi filantropi, grant (hibah), itu yang akan kami lihat. Nanti kita akan lihat," tuturnya.
Namun dia menegaskan pendanaan US$ 20 miliar ini sudah pasti dari pihak internasional, tak ada dari institusi Indonesia.
"Itu nanti dari internasional," tegasnya.
Lantas, pendanaan ini untuk program apa saja? Apakah hanya untuk percepatan pemensiunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara atau juga untuk program lainnya?
Sri Mulyani menyebut, program ini nantinya akan ditujukan untuk percepatan pemensiunan PLTU batu bara. Namun nanti akan dilihat apakah ada aset PLTU PLN yang sudah siap untuk dipensiunkan atau PLTU dari pengembang listrik swasta (Independent Power Producers/ IPP).
"Jadi akan dilihat berdasarkan yang kemarin disampaikan, dari PLN ada yang sudah siap berasal dari aset PLN sendiri, berasal dari IPP sudah diumumkan dari INA keterlibatannya, jadi per projek akan dilihat," jelasnya.
Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat KTT G20 kemarin, Selasa (15/11/2022), sempat mengatakan bahwa komitmen dari G7 sebesar US$ 20 miliar untuk Indonesia ini dalam rangka mendukung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan mendukung percepatan transisi energi melalui penghentian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
"Kami dengan Indonesia dan Jepang bersama-sama menciptakan Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE). Bersama kita memobilisasi US$ 20 miliar dalam pengembangan EBT dan mendukung transisi energi untuk menjauhi batu bara. US$ 20 miliar ambisi institusi keuangan untuk transisi energi yang bisa dirasakan dampaknya untuk dunia," tuturnya saat KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Biden mengatakan, ini juga bisa digunakan untuk mendorong proyek berbasis energi terbarukan seperti mendukung pengembangan kendaraan listrik dan teknologi.
"Ini juga bisa menciptakan lapangan kerja dan bisa berkontribusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim global," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Biden juga mengungkapkan bahwa G7 secara resmi meluncurkan pendanaan global untuk infrastruktur dengan mobilisasi pendanaan hingga US$ 600 miliar untuk lima tahun ke depan.
"Ini untuk pembangunan berkualitas, infrastruktur berkelanjutan, dan investasi rendah karbon untuk negara-negara berpenghasilan menengah (negara berkembang)," tuturnya.
[Gambas:Video CNBC]
Batu Bara 'Kiamat', Biden Janji RI Akan Terima Rp 300 Triliun
(wia)