Data Ini Tunjukkan Kengerian yang Disampaikan Jokowi Nyata!

Maesaroh, CNBC Indonesia
15 November 2022 14:55
Ilustrasi Dolar dan Rupiah.
Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)

Kepala ekonom BCA David Sumual menjelaskan permintaan impor melandai karena terpuruknya rupiah.  Keterpurukan rupiah membuat produsen melakukan konsolidasi dan menahan impor mereka.

"Ada konsolidasi juga menunggu kondisi pasar valas karena rupiah cenderung melemah tajam dalam dua bulan terakhir," tutur David, kepada CNBC Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, rata-rata nilai tukar rupiah berada di posisi  Rp 15.433/US$1 pada bulan Oktober, jauh melemah dibandingkan posisi September yakni Rp 14.983/US$1 ataupun posisi Agustus yakni Rp 14.835/US$1.

David memperkirakan impor akan meningkat ke depan sejalan dengan penguatan rupiah. "Dengan penguatan rupiah dan menipisnya inventory, impor seharusnya naik lagi," ujarnya.

Melandainya impor pada Oktober membuat surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat menjadi US$ 5,67 miliar. Nilai tersebut naik dibandingkan posisi September 2022 yang tercatat US$ 4,99 miliar.

Surplus juga jauh di atas konsensus pasar. Polling CNBC Indonesia memperkirakan surplus hanya akan mencapai US$ 4,5 miliar pada Oktober 2022.

Secara kumulatif, impor Indonesia pada Januari-Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97% sementara itu impor tercatat US$ 198,62 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan Januari-Oktober mencapai US$ 45,52 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular