Di Depan CEO Top , Sri Mulyani Bongkar Rahasia Ekonomi RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia patut bersyukur, laju ekonomi saat ini masih cukup kuat, di tengah banyak negara yang mengalami perlambatan. Di tengah tren suku bunga kebijakan bank sentral yang tinggi, bagaimana ekonomi Indonesia ke depan?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, salah satu penyumbang inflasi terbesar di tanah air berasal dari peningkatan harga makanan dan energi.
"Ini karena kondisi global dari perang di Ukraina, karena harga makanan, pupuk, dan energi meningkat," jelas Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum, Jumat (11/11/2022).
Kondisi yang terjadi saat ini, saat inflasi sedang tinggi, banyak negara memilih untuk membiarkannya, sehingga permintaan dari konsumsi masyarakat berkurang drastis.
Sementara di Indonesia, pemerintah merespon dengan memberikan kebijakan subsidi mencapai Rp 650 triliun naik dari sebelumnya Rp 502 triliun, setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM Pertalite dan Pertamax.
"Pemerintah Indonesia memilih untuk menjaga daya beli masyarakat, meskipun memiliki konsekuensi terhadap fiskal kita. Subsidi kita meningkat secara signifikan, seperti subsidi BBM. Tapi itu kebijakan yang kita pilih," jelas Sri Mulyani.
Kebijakan ini yang kemudian, membuat saat ini konsumsi rumah tangga masih meningkat. Seperti diketahui, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2022 mencapai 5,72% (year on year/yoy).
Jika dilihat menurut sisi pengeluaran pada kuartal III-2022 sektor konsumsi rumah tangga tetap tumbuh 5,39% meskipun melambat dibandingkan dengan kuartal II-2022 yang tumbuh 5,51%.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 50,38% pada pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022.
Di saat pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM, kata Sri Mulyani, inflasi yang diperkirakan mencapai 6,8% pada Kuartal III-2022, kenyataannya inflasi tanah air mencapai di bawah 6%.
"Yang terjadi inflasi kita menjadi 5,9% (yoy) dan inflasi 5,7%, terjadi pada September dan Oktober. Kenapa, karena harga pangan naik," ujarnya.
Sehingga koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, juga Bank Indonesia, di bawah mandat Presiden Joko Widodo (Jokowi), menekankan untuk melihat pergerakan harga di dalam negeri secara detail atau rinci.
"Jadi bisa dilihat perbandingannya, ekonomi Indonesia masih sangat kuat pada Kuartal III-2022. Pendapatan rumah tangga menengah ke atas, sangat-sangat kuat dan mendukung (konsumsi)," kata Sri Mulyani melanjutkan.
(cap/mij)