
Cemasnya Sri Mulyani: Ada Covid, Suku Bunga Tinggi & Perang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menyadari bahwa situasi ekonomi global saat ini, menciptakan situasi yang begitu kompleks yang harus ditanggung renteng oleh semua kalangan masyarakat. Hal ini ini yang menjadi perhatian pemerintah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, adanya pandemi Covid-19 membuat pemerintah dan otoritas, bukan hanya di Indonesia tapi juga seluruh negara harus mengambil kebijakan ekstra ordinary dalam mengelola fiskal dan moneter.
"Konsekuensinya kemudian terjadi gangguan supply komoditas, penularan virus menyebabkan mobilitas masyarakat juga terhambat," jelas Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum: Moving Forward Together, Jumat (11/11/2022).
Di tengah pandemi yang saat ini belum usai, timbul situasi geopolitik perang di Ukraina yang menciptakan gangguan pasokan yang lebih kompleks, menciptakan inflasi tinggi terutama pada komoditas makanan, pupuk, dan energi.
Inflasi yang tinggi membuat bank sentral di banyak negara harus mengambil langkah kebijakan moneter untuk meresponnya.
"Sekarang kita menghadapi inflasi yang tinggi, sangat kompleks. Diikuti dengan kenaikan suku bunga yang tajam, terutama dari negara maju," jelas Sri Mulyani.
"Kompleksitas itu lah yang ada di dalamnya, semua negara termasuk Indonesia dalam hal ini, dengan situasi di mana ruang kebijakan mengetat, baik fiskal dan moneter," kata Sri Mulyani lagi.
Pengetatan kebijakan moneter di negara maju saat ini juga membuat dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. "Kita harus mengelola kompleksitas itu, sementara pada saat yang sama harus menavigasi dan terus mendorong pemulihan ekonomi," tuturnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini mencapai 5,72% (year on year/yoy) pada Kuartal III-2022, memberikan kesan, bahwa laju ekonomi Indonesia sedikit terlambat daripada negara maju.
Namun sebenarnya, kata Sri Mulyani lambatnya laju perekonomian Indonesia saat ini memberikan keuntungan bagi Indonesia, di tengah banyak negara yang ekonominya justru melambat atau bahkan turun.
"Terutama karena kenaikan suku bunga yang tajam dan inflasi yang tinggi, menyebabkan tereduksinya permintaan domestik mereka, namun kita masih dalam posisi pemulihan yang sangat kuat," ujarnya.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah harus memastikan bahwa fiskal Indonesia cukup kuat untuk bisa menghadapi ancaman yang besar.
"Atau kita sebut perfect storm. Pandemi, geopolitik, perubahan iklim, teknologi, dan sekarang volatilitas moneter dan keuangan. Saya kira ini semua menjadi hal yang harus diwaspadai dalam proses pemulihan ekonomi di Indonesia," jelas Sri Mulyani.
Dari sisi fiskal, akan mengantisipasi dampak dari ancaman yang ada saat ini. Pemerintah pun memastikan untuk terus mengkonsolidasikan fiskal untuk bisa menghadapi tantangan baru yang sedang terjadi saat ini.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Terbaru AS, Rusia, China Sampai India, Sri Mulyani Was-was!