Jadi Tuan Rumah KTT G20, Apa Untungnya Bagi Indonesia?

Redaksi, CNBC Indonesia
09 November 2022 16:25
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Kota Denpasar, Selasa (8/11/2022).  Jokowi secara langsung sejumlah tempat yang akan dijadikan lokasi penyelenggaraan KTT G20. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Kota Denpasar, Selasa (8/11/2022). Jokowi secara langsung sejumlah tempat yang akan dijadikan lokasi penyelenggaraan KTT G20. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan diselenggarakan di Bali pada pekan depan seiring dengan posisi Indonesia sebagai pemegang Presidensi. Sebanyak 17 Kepala Negara dan tokoh penting dunia dijadwalkan hadir.

Lalu apa untungnya bagi Indonesia?

'Kehadiran G20 memainkan peran penting untuk mendorong dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global,'' ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo kepada Tim Komunikasi dan Media G20 yang dituangkan dalam siaran pers, Rabu (9/11/2022).

Pertemuan pimpinan negara G20 di KTT Bali nanti, kata Dody, akan memberikan arah panduan serta kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian dan stabilitas sistem keuangan ke depannya. Membaiknya global tentu akan berdampak positif bagi perekonomian nasional.

Pada kuartal III-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72%, jauh lebih tinggi dibandingkan banyak negara lainnya. Berasal dari kinerja ekspor barang dan jasa sebesar 5,21%, konsumsi rumah tangga sebesar 2,81% dan kinerja investasi sebesar 1,57%. Bila dilihat dari sumber pertumbuhan menurut pulau, yang terbesar masih disumbangkan oleh Jawa sebesar 3,37%, Sumatera 1,01% dan Sulawesi sebesar 0,55%. Inflasi pun terkendali, dengan posisi akhir Oktober 2022 sebesar 5,71%.

Tantangan perekonomian global hingga tahun depan tidaklah mudah apabila situasi masih seperti sekarang. Ancaman terhadap inflasi yang diikuti pengetatan keuangan global, krisis pangan dan energi mendorong perlambatan ekonomi global. Sejumlah nilai tukar di Asia termasuk rupiah mengalami pelemahan karena US dollar yang terlalu kuat. Kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif telah menyebabkan dolar menguat cukup kuat terhadap sejumlah mata uang di dunia.

Kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan pro stabilitas dan menekan inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan. Inflasi inti akan dibawa menuju sasarannya pada kuartal dua 2023.

Operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang, sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan akan ditempuh untuk membawa inflasi kepada sasarannya. Kebijakan lainnya yang mendukung pertumbuhan akan ditempuh melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif dalam mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, lancar dan aman. Kebijakan pendalaman pasar keuangan untuk meningkatkan nilai transaksi pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan ekonomi.

Demi menjaga stabilitas nilai tukar, BI, kata Dody, berkomitmen untuk menempuh tiga langkah intervensi atau triple intervention yakni melalui pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi yakni penjualan dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular