
Ini Dia Pemburu Harta Karun yang Acak-Acak RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia membentang di antara pulau-pulau, dilintasi khatulistiwa, dan jadi jalur pelayaran yang selalu ramai. Ini memberikan keuntungan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Perairan air Nusantara pun ramai kapal asing, dan jadi saksi tenggelamnya kapal-kapal yang lalu lalang. Kapal-kapal ini karam dan menyisakan benda-benda masa lalu yang kini jadi barang bernilai. Seperti barang-barang dari keramik, logam mulia, hingga alat transportasi berupa kayu-kayu dari pecahan kapal.
Benda-benda itulah yang menjadi petunjuk keberadaan sisa-sisa kapal kuno di dasar laut. Peninggalan budaya bawah air di Indonesia mulai menjadi pusat perhatian setelah keberhasilan pencarian dan pengangkatan muatan kapal tenggelam di perairan Kepulauan Riau tahun 1986 oleh warga negara asing.
Dilansir dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut beberapa temuan harta karun di laut RI:
1. Kabupaten Bintan
Di Kabupaten Bintan dari informasi yang telah dikumpulkan terdapat situs-situs bawah air seperti Karang Heluputan (Cuyang). Di situs ini sejak tahun 1986 telah dilakukan eksploitasi pengambilan tinggalan potensi cagar budaya bawah air oleh pihak asing maupun pihak dalam negeri sendiri, baik secara legal maupun ilegal.
Peristiwa yang sangat menggemparkan bagi dunia arkeologi bawah air di Indonesia adalah ketika seorang pemburu harta karun warga Australia yaitu Michael Hacther berhasil mengangkat barang-barang dari Kapal VOC Geldermalsen dari tahun 1751 yang tenggelam di perairan Karang Heluputan.
Dia mengangkut 120.000 keping keramik dan logam mulia dari Dinasti Ching, yang kemudian dilelang di luar negeri. Hacther meraup keuntungan jutaan dolar. Sampai saat ini di lokasi Karang Heluputan masih tetap menjadi ajang perburuan harta karun.
Tahun 2005, PT Adikencana Salvage atas seizin Panitia Nasional Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) mengangkat 25.000 keramik China dan 15.000 porselen zaman Dinasti Ching di Karang Heluputan dan Teluk Sumpat, Kepulauan Riau. Perusahaan itu juga menemukan koin, peralatan timbang logam, dan tungku China.
2. Kabupaten Lingga
Salah satu situs cagar budaya bawah air yang terkenal di Kabupaten Lingga adalah Pulau Buaya. Kegiatan eksplorasi benda arkeologi bawah air telah dilakukan sejak akhir tahun 1980-an dengan temuan-temuan keramiknya tergolong mempunyai kualitas yang tinggi sehingga sangat laku di pasaran internasional.
Pada tahun 1989, di Pulau Buaya, Kepulauan Riau, PT Muara Wisesa Samudera atas izin Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (Panitia Nasional BMKT) mengangkat 30.000 keramik utuh dan barang-barang dari logam, kayu, dan kaca.
Barang-barang yang berasal dari Dinasti Song itu berbentuk mangkuk, piring, buli-buli, tempayan, cepuk, dadu botol, vas, dan kendi.
Lokasi lain yang telah dilakukan survei oleh BPCB Batusangkar terdapat di perairan Senayang, yaitu di situs Maya Utang dan Batu Berlubang.
Di situs Maya Utang terdapat sebuah bangkai pesawat peninggalan Jepang pada masa perang dunia kedua. Kondisi pesawat terpotong menjadi dua bagian tetapi komponennya masih relatif utuh.
Sedangkan di situs Batu Berlubang hasil survei menunjukkan di situs ini terdapat temuan keramik kedinastian China.
3. Kabupaten Natuna
Potensi cagar budaya bawah air di Kabupaten Natuna ditemukan berdasarkan hasil survei cagar budaya bawah air. Di mana survei dilakukan di 3 lokasi yaitu Perairan Teluk Buton, Perairan Sepempang, dan Perairan Desa Kelarik.
Di perairan Teluk Buton, hasil survei cagar budaya bawah air hanya ditemukan pecahan keramik. Sedangkan di Perairan Sepempang hasil yang diperoleh adalah fragmen keramik dan botol.
Di perairan desa Kelarik dari hasil survei tahun tahun 2014, juga ditemukan keramik dan fragmen. Pecahan keramik yang ditemukan di Perairan Kelarik diperkirakan berasal dari Dinasti Sung.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun RI Hingga 54 Negara Terancam Malapetaka