RI Punya Jurus Jitu Atasi Krisis Solar, Ini Buktinya..
Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) menilai program pencampuran Bahan Bakar Nabati atau biodiesel sebanyak 30% (B30) pada Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar atau Biosolar (biodiesel) telah mengurangi kekhawatiran Indonesia terhadap ancaman krisis diesel global.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menilai, dengan adanya program B30, ketergantungan Indonesia pada produk impor dapat ditekan. Dengan demikian, ketahanan energi di dalam negeri dapat lebih kokoh.
"Jadi B30 itu kan juga salah satu mekanisme mengurangi impor," kata Satya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (7/11/2022).
Apalagi, lanjutnya, Indonesia saat ini juga tengah berupaya meningkatkan program B30 untuk kendaraan bermesin diesel menjadi B40. Ini dilakukan agar ketergantungan terhadap impor BBM jenis Solar dapat semakin diminimalisir.
"Kemudian jika ada kontraksi global supply Amerika terganggu itu kan otomatis volume secara global terkontraksi, tapi karena impornya kecil dampaknya ke Indonesia gak besar. Tapi kalau gak kasih campuran kalau produksi nasional saja jauh, kan otomatis ketergantungan kita pada impor BBM kan tinggi," jelasnya.
Meski begitu, dia menyadari bahwa krisis Solar global akan membuat harga BBM jenis tersebut di dalam negeri akan ikut terkerek. Dengan demikian, keuangan negara untuk memberikan subsidi BBM jenis Solar akan turut membengkak.
"Jadi kalau supply terganggu pasti ada peningkatan harga. Kalau supply tetap, maka harganya bisa tekan turun," kata dia.
Satya mendorong agar pendistribusian BBM bersubsidi dapat diterima kepada masyarakat yang berhak. Pasalnya, selama ini penyaluran BBM di lapangan masih belum tepat sasaran.
Seperti diketahui, sejumlah badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ada di Indonesia kompak menaikkan harga BBM jenis Solar atau diesel non subsidi. Badan usaha tersebut diantaranya adalah PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia dan juga BP-AKR.
Harga Solar atau diesel non subsidi per 1 November 2022 kini berada di kisaran Rp 18.000 - Rp 18.840 per liter. Harga BBM non subsidi ini berbeda jauh dari harga Solar subsidi yang masih dibanderol Rp 6.800 per liter.
Indonesia sendiri kini masih mengimpor BBM diesel, meski sudah terlihat menurun sejak 2019 lalu. Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2021, pada 2021 Indonesia tercatat masih mengimpor diesel (gasoil) sebesar 3,19 juta kilo liter (kl), naik tipis dari 2020 3,18 juta kl. Kendati demikian, angka impor diesel ini terlihat menurun sejak 2019 di mana impor diesel pada 2019 tercatat 3,87 juta kl, turun dari 6,49 juta juta kl pada 2018.
Pemerintah pun kini baru saja menuntaskan uji jalan (road test) biodiesel 40% atau B40 pada kendaraan bermesin diesel. Namun demikian, pemerintah hingga kini masih belum bisa memastikan kapan program B40 bisa diimplementasikan.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, meski sudah tuntas melakukan uji coba, namun pihaknya belum dapat memastikan kapan implementasi dari program B40 dijalankan sepenuhnya. Pasalnya, masih terdapat proses evaluasi yang harus dilakukan terlebih dahulu.
"Evaluasinya di dalamnya menyiapkan segala macamnya misalnya suplai, rantai pasoknya, kapal macam apa, blending facility macam apa, kontrol seperti apa, terus nanti kesiapan kendaraannya segala macam. Setelah proses itu (diterapkan)," jelas Rida saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (4/11/2022).
(wia)