Meski Sedang Lockdown, Kasus Covid-19 China Meledak Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali melaporkan rekor kasus Covid-19 dalam beberapa har ini. Padahal China sedang dan masih akan menerapkan langkah-langkah penguncian ketat.
Pada Sabtu, (5/11/2022) Negeri Tirai Bambu mencatatkan 4.610 infeksi Covid-19. Komisi Kesehatan Nasional mengatakan 588 di antaranya bergejala dan 4.022 tidak menunjukkan gejala.
Ini menjadi rekor kasus infeksi China sejak 6 Mei lalu. Kala itu, China melaporkan 3.837 kasus baru sehari sebelumnya, di mana 657 di antaranya bergejala.
Sementara jumlah kasus sangat rendah menurut standar global, China telah menerapkan pendekatan 'nol-Covid' hampir tiga tahun dalam pandemi. Kebijakan ini mengharuskan sebuah wilayah atau distrik dikunci meski hanya ditemukan satu kasus Covid-19 di area itu.
Meski sering dianggap sebagai katalis buruk bagi perekonomian, pejabat kesehatan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pendekatan itu dan menyatakan penguncian nol-Covid adalah tindakan yang tepat.
"Langkah-langkah anti-Covid China sepenuhnya benar, serta yang paling ekonomis dan efektif. Kita harus mematuhi prinsip mendahulukan orang dan nyawa, dan strategi yang lebih luas untuk mencegah impor dari luar dan rebound internal," kata pejabat pengendalian penyakit Hu Xiang seperti dilaporkan Reuters.
Ketatnya penguncian nol-Covid sendiri sempat diberlakukan di beberapa tempat. Terbaru, Disneyland Shanghai dan pabrik iPhone di Zhengzhou jatuh dalam penerapan kebijakan itu, membuat warga yang berada di dalam sulit untuk keluar.
Sementara itu, saham-saham perusahaan di China sendiri melonjak minggu lalu di tengah desas-desus tentang kemungkinan pelonggaran protokol Covid. Media juga melaporkan bahwa beberapa penyesuaian kebijakan akan segera hadir.
Analis Goldman Sachs mengatakan mereka tidak mengharapkan pelonggaran yang signifikan akan dimulai sampai setelah sesi parlemen tahunan China pada bulan Maret tahun depan. Mereka memprediksi China akan melepaskan protokol ketat pada April-Juni mendatang.
"Pemerintah masih perlu mempertahankan kebijakan nol-Covid sampai semua persiapan selesai. Ini mungkin memakan waktu beberapa bulan, menurut pandangan kami."
(pgr/pgr)