Ekonomi Indonesia 2023 Gak Bakal Gelap-gelap Amat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menilai, di tengah ekonomi global yang digambarkan oleh banyak lembaga internasional 'gelap pekat', namun ekonomi Indonesia diperkirakan akan cerah.
Kepala Bidang Analisis Fiskal, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Abdurrahman menjelaskan, ekonomi di tanah air sedang menuju arah normal, sehingga polanya mulai membaik seperti sebelum pandemi Covid-19.
Hal tersebut, kata Abdurrahman tercermin dari pola realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu berada di atas 5% di tahun ini dan ke depan, dengan melandainya kasus penularan virus corona, konsumsi masyarakat juga akan pulih.
"Kalau dari yang mudah, dari sisi expenditure, ada konsumsi masyarakat, investasi, dan konsumsi pemerintah, ekspor dikurangi impor. Itu komponen-komponen yang membentuk PDB (Produk Domestik Bruto) kita," jelas Abdurrahman kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (4/11/2022).
"Kalau kita lihat trennya, konsumsi masyarakat saya kira masih cukup kuat, akan tumbuh paling tidak di pertengahan pertama 2023 nanti, ini karena kalau berkaca dari historis," kata Abdurrahman lagi.
Boom komoditas yang terjadi di tahun ini, dari catatan BKF tak jauh berbeda dari boom komoditas yang pernah terjadi 2011 di Indonesia.
Pada boom komoditas di 2011 silam, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% (year on year), disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79% (yoy).
Sementara di tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara konsisten mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,05% (yoy) pada Kuartal I-2022 dan sebesar 5,44% (yoy) pada Kuartal II-2022.
"Kemudian investasi saat itu tumbuhnya 8,9% dan 9,1% pada 2011 dan 2012. Saat itu, kita tahu suku bunga acuan BI di atas 6,5%, yield SBN sekitar 7%. Jadi, suasananya sebenarnya tidak jauh berbeda," ujarnya.
Konsumsi masyarakat domestik di tahun depan diharapkan bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tanah air. Mengingat, adanya ancaman ekonomi global, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan tak akan sekuat di tahun ini.
"Artinya, masyarakat cukup ample untuk melakukan aktivitas konsumsi dan investasi. Jadi, saya kira di Kuartal I dan II (2023) masih akan cukup kuat," jelas Abdurrahman.
Kendati demikian, pemerintah tetap menekankan bahwa kebijakan APBN di tahun depan adalah optimistis dan tetap waspada. Seperti diketahui, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,3% (yoy).
"Optimis karena ekonomi masih cukup kuat sampai saat ini dan waspada antisipasi ketidakpastian di 2023," kata Abdurrahman lagi.
(cap/mij)