Sederet Inovasi Ini Diperlukan Genjot Akses Air Bersih di RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sedang berupaya meningkatkan akses air bersih dengan investasi pembiayaan campuran (blended financing) sehingga bisa membangun akses dari sumber (source) sampai ke konsumen (to tap). Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Herry Trisaputra Zuna mengatakan source to tap secara konsep telah dilakukan perencanaan dan pelaksanaannya.
"Misalnya yang dalam satu kesatuan bisnis model seperti SPAM Juanda. Itu simulasi dari mengambil air, memproses, sampai dengan kontrak berbasis angsuran dan kinerja. Jadi yang biasanya di hulu take or pay, ini disediakan take and pay," kata Herry dalam webinar "SPAM Terintegrasi Hulu-Hilir Untuk Mencapai Target 10 Juta Sambungan Rumah", Kamis (3/11/2022).
Dengan begitu, PDAM hanya membayar air yang diterima, sehingga lebih berkeadilan dan efisien, dan memberikan solusi kepada pemerintah daerah. Untuk menggaet pihak swasta pun dilakukan sosialisasi dan pendampingan di setiap daerah.
"Tata cara masuknya untuk badan usaha, dalam KPBU ada dua cara pertama solutif, artinya pemerintah dan pemda, menyiapkan studi kelayakan, dan kami lakukan pelelangan dengan semua badan usaha bisa ikut," ujarnya.
Pemenangnya akan bekerja sama dengan PDAM. Badan usaha juga bisa melakukan pengajuan proposal yang kemudian akan dilakukan pelelangan.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan 10 juta sambungan rumah untuk penyediaan air bersih dengan kebutuhan investasi mencapai Rp 123 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menyediakan air bersih di tengah masyarakat dibutuhkan kreativitas dalam pendanaan. Penyediaan air bersih berangkat dari infrastruktur pengambilan air baku, kemudian turun ke instalasi, ke sistem perpipaan, dan distribusi ke masyarakat.
"Jadi rantai pasok panjang. Investasi masuk dari mana saja dengan cara yang kreatif dan inovatif," ujar Raymond.
Kemudian, efisiensi dan efektivitas. Artinya PDAM atau perusahaan daerah yang menyalurkan air perlu menekan kehilangan air dan mengurangi masalah teknis.
Dia menyebutkan perubahan iklim juga menjadi tantangan tersendiri dalam penyediaan air baku dan infrastrukturnya.
"Sebanyak 60% penduduk Indonesia ada di Jawa kompetisi pemakaian air luar biasa. Kita berhadapan dengan tantangan lebih besar untuk menyediakan air baku dengan jumlah dan kualitas yang baik," kata dia.
(rah/rah)