Nah Lho! Bukan Resesi, Ini 3 Masalah RI Tahun Depan

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
03 November 2022 14:44
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan tiga tantangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan Indonesia tahun depan.

Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ichsan Zulkarnaen mengatakan ketiga tantangan tersebut adalah tidak meratanya pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia pada tahun depan.

Kemudian, berlanjutnya gangguan rantai pasok akibat kelangkaan kontainer dan kenaikan inflasi.

Terkait dengan pertumbuhan yang tidak rata, Ichsan mengatakan pertumbuhan yang cepat pada tahun depan hanya terjadi di beberapa wilayah.

"Wilayah tersebut a.l. Sulawesi, Maluku dan Papua yang pertumbuhan ekonominya berdasarkan pada sumber daya alam," ungkapnya dalam webinar Asian Development Bank (ADB), Kamis (3/11/2022).

"Mereka akan memiliki pertumbuhan yang positif dibandingkan wilayah lain," sambung Ichsan.

Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas. Adapun, mengutip RPJMN 2020-2024, Ichsan mengungkapkan Sulawesi akan tumbuh mencapai 7,8% tahun depan dan Maluku sebesar 10%. Sementara itu, Papua diproyeksi tumbuh 8,4%.

"Ini bagus untuk jangka panjang, tetapi tidak dalam konteks nasional," tegasnya.

Mengenai gangguan kelangkaan kontainer, Ichsan melihat hal ini bisa terjadi kembali ketika kondisi global semakin sulit.

Pada Desember 2021, saat kasus Covid-19 masih tinggi, keterlambatan pengiriman barang telah mencapai 1,5 hari atau naik 25%.

Bahkan, arus kontainer di pelabuhan Indonesia turun menjadi 14 juta TEU pada 2020, dari 14,8 juta TEU pada 2019.

"Ini bisa berlanjut jika global terganggu," katanya. Alhasil, rantai pasok bisa kembali terdampak.

Selanjutnya, hal yang akan menghantui Indonesia tahun depan adalah inflasi. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan inflasi global dan harga barang di dalam negeri. Meski menurun, laju inflasi pada September 2022 lalu, masih mendekati kisaran 6% atau tepatnya 5,71%.

"Laju inflasi yang tinggi ini berdampak buruk bagi harga domestik dan menurunkan kemampuan beli barang dan jasa oleh masyarakat," ujarnya. Akhirnya, konsumsi dalam negeri akan jatuh.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Resesi, Ternyata Ini 3 Masalah RI Tahun Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular