Ada Deflasi di Bulan Oktober, BI & Kemenkeu 'Happy' Berat

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
02 November 2022 08:35
Pedagang menakar beras literan di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 1/11. Ekonomi Indonesia mengalami deflasi pada Oktober 2022 sekaligus angka inflasi menurun secara tahunan. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejutan datang dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2022 secara bulan ke bulan (month to month/mtm) mengalami deflasi 0,11% dibandingkan bulan sebelumnya.

Dengan demikian, inflasi secara tahun kalender atau year to date (ytd) mencapai 4,73%, dan inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai 5,71%.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menuturkan bahwa pencapaian ini menunjukkan bahwa pasokan barang terjaga, sehingga harga stabil.

"Kita jaga terus mudah-mudahan sampai akhir tahun. Ke depan, ini fondasi yang bagus untuk kita. Global sedang ada turbulensi tapi bagaimana perekonomian kita inflasinya bisa tetap stabil," tegasnya, saat ditemui media di gedung Kemenkeu, Selasa sore (1/11/2022).

Dia berharap inflasi keseluruhan dapat berada di bawah 6%, meskipun ada hari raya Natal dan Tahun Baru yang umumnya mengerek harga-harga.

"Ya gak apa-apa kita usahakan," sambungnya. Suahasil menegaskan pemerintah dan semua pihak terkait akan memastikan ketersediaan produk pangan, beras, dan holtikultura bisa sampai ke pasar.

"Kalau kuantitas cukup harga bisa stabil," ujarnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menuturkan berbagai langkah mitigasi, untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas pangan agar inflasi pangan tetap terkendali, terbukti memberikan hasil yang positif.

Alhasil, dia menegaskan bahwa penggunaan berbagai anggaran seperti anggaran ketahanan pangan dan anggaran infrastruktur untuk memperlancar penyediaan pangan yang mudah dan terjangkau akan terus diperkuat.

"Dana Isentif Daerah (DID) yang diberikan kepada pemerintah daerah juga terbukti efektif mendorong daerah untuk lebih bekerja keras lagi dalam pengendalian inflasi di wilayahnya," kata Febrio dalam siaran pers, dikutip Rabu (2/11/2022).

BKF melihat, secara tahunan (yoy), inflasi volatile food tercatat melambat menjadi 7,2% (yoy) dari September yang mencapai 9,02%.

Secara bulanan (mtm), inflasi volatile food, mengalami deflasi sebesar 1,49%.

"Melimpahnya stok pangan hortikultura mendorong penurunan harga, seperti pada aneka cabai, produk unggas, dan tomat. Di sisi lain, harga beras mengalami peningkatan dipengaruhi oleh kelangkaan pupuk dan pengaruh cuaca yang mengganggu produksi panen," paparnya.

Sementara itu, inflasi inti masih melanjutkan tren naik secara moderat, mencapai 3,3% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy). Febrio melihat hal ini didorong oleh kenaikan inflasi beberapa kelompok pengeluaran seperti perumahan, transportasi, pendidikan, dan jasa penyediaan makanan dan minuman/restoran.

"Kenaikan inflasi inti mencerminkan peningkatan permintaan domestik secara keseluruhan sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi," kata Febrio.

Di sisi lain, inflasi administered price bergerak stabil pada 13,3% (yoy) didorong oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM (bensin dan solar) di September.

"Bantuan sosial tambahan berupa bantuan langsung tunai dan bantuan subsidi upah terus disalurkan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat," sambung Febrio.

Terkait dengan pencapaian deflasi pada Oktober ini, Bank Indonesia (BI) mengakui realisasi inflasi yang lebih rendah dari prakiraan awal.

"Ini sejalan dengan dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dikutip Rabu (2/11/2022).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy).

Penurunan inflasi IHK ini sejalan dengan semakin eratnya sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, BI, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.

"Untuk itu, BI menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kebijakan yang secara bersama-sama menjaga stabilitas harga sehingga mendukung daya beli msyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi," paparnya.

Adapun, untuk keseluruhan tahun 2022, Erwin menegaskan BI melihat inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1%.

Sejalan dengan proyeksi ini, dia memastikan sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan BI akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamenkeu Sebut Inflasi RI di Bawah 5%, Akibat BBM Batal Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular