Dunia KO Digebuk Dolar, BI Bongkar Rahasia Stamina Rupiah
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan sentimen penguatan dolar masih akan membuat rupiah melemah. Lantas seperti apa daya tahan rupiah saat ini?
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menjelaskan, untuk melihat daya tahan rupiah bisa dilihat dari dua hal.
Pertama dilihat bagaimana cadangan devisa Indonesia terkuras untuk melakukan intervensi, serta implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Edi menjelaskan, pengurangan cadangan devisa tanah air masih sedikit berkurang dibandingkan dengan negara peers di Asia Tenggara.
"Di Bulan September, penurunan cadangan devisa dilihat dari data, kita hanya menurun 1,07%. Sementara negara peers seperti Malaysia menurun 3,46%, Thailand 7,24%, Filipina 4,04%. Kita relatively penurunan cadangan devisa kita relatif terbatas," jelas Edi kepada CNBC Indonesia, Senin (31/10/2022).
BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2022 mencapai US$ 130,8 miliar. Realisasi ini anjlok US$ 1,4 miliar dibandingkan posisi Agustus 2022 yang sebesar US$ 132,2 miliar.
Adapun persentase pelemahan pergerakan rupiah pada September dibandingkan negara tetangga lainnya, Indonesia masih relatif terbatas.
"Rupiah melemah hanya 2,53% di September, Malaysia Ringgit sekitar 3,5%, Filipina Peso 4,35%, Thailand Baht 3,36%. Bahkan Korea Won 6,5%," jelas Edi lagi.
Di tengah situasi saat ini, Indonesia masih mendapat keberkahan dari hasil neraca perdagangan yang tercatat surplus.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,99 miliar. Surplus neraca perdagangan ini sudah berlangsung 29 kali berturut-turut sejak Mei 2020.
Edi bilang, surplus neraca perdagangan yang masih kuat tersebut menolong atau dapat menahan rupiah saat ini.
Hal kedua yang juga menggambarkan daya tahan rupiah terlihat dari implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.
"So far, bahwa PDB (Produk Domestik Bruto) di Kuartal II-2022 masih kuat 5,44%, eksternal balance masih positif masih sangat kuat. Juga PMI yang masih ekspansif," jelas Edi.
Peningkatan produksi dan ekspansi permintaan domestik baru mendorong naiknya Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan September 2022. PMI Manufaktur di bulan tersebut tercatat sebesar 53,7, atau naik dari 51,7 di bulan Agustus lalu.
"Menurut saya, ini adalah salah satu indikator yang bisa kita lihat untuk daya tahan rupiah," kata Edi lagi.
(dem)