Dunia Kacau Balau, Sri Mulyani Sampai Dibuat Pusing!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui beratnya menyusun anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di tengah situasi dunia yang kini kacau balau. Padahal APBN harus mampu menjalankan fungsi stabilisasi, alokasi dan distribusi.
Fungsi stabilisasi terlihat jelas ketika tahun anggaran 2020, 2021 dan 2022. Saat ekonomi jatuh, APBN akan bertindak sebagai penyelamat.
"APBN menyangga, supaya tak terlalu dalam dan pulih kembali tahun 2020-2021 dan hingga 2022 ini desainnya sebagai countercyclical," ungkapnya dalam seminar yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (28/10/2022)
Hal yang menjadi rumit ketika situasi ke depan jauh dari proyeksi. Sementara APBN baru berjalan sekejap di awal tahun. Misalnya pasca pandemi covid-19 melandai di awal 2022, permasalahan baru muncul berupa gangguan rantai pasok. Seiring pulihnya mobilitas masyarakat mendorong lonjakan permintaan, tapi pasokan dan logistiknya tidak siap.
Situasi diperparah ketika perang Rusia dan Ukraina meletus pada Februari 2022. Sebagai negara pemasok pangan dan energi utama dunia, perang tersebut menyebabkan krisis di mana-mana.
"Baru selesai pandemi, muncul krisis baru yaitu kenaikan harga pangan, kenaikan harga-harga energi dan ketegangan geopolitik yang menimbulkan disrupsi supply secara global," ujarnya.
"Di situ shock terjadi, harga pangan melonjak tinggi, energi melonjak tinggi. batu bara yang tadi US$ 70-80 jadi US$ 400 per ton, CPO US$ 700 MT naik jadi US$ 1.700 MT, lebih dari 2 kali lipat. Harga minyak jadi US$ 105 per barel, dan lain-lain seperti gandum dan nikel," papar Sri Mulyani.
Dampak yang kemudian ditimbulkan adalah lonjakan inflasi. Namun di Indonesia, hal tersebut bisa dikendalikan, sebab pemerintah menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah untuk menahan harga energi agak tidak naik. Maka pos belanja APBN disesuaikan untuk mendukung kebijakan tersebut.
"Ongkos untuk jadi shock absorber yang mempengaruhi APBN. Itu baru dari sisi stabilisasi. Kalau bicara alokasi dan distribusi, APBN bicara ekonomi makin efisien, tidak disorted," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Realisasi Semester I-2022: APBN Surplus Rp 73,6 Triliun
(mij/mij)