Internasional

Resesi AS Batal! Ekonomi "Joss" 2,6%, Biden Happy

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 October 2022 07:30
WASHINGTON, DC - MAY 12: Flags at the base of the Washington Monument fly at half staff as the United States nears the 1 millionth death attributed to COVID May 12, 2022 in Washington, DC. U.S. President ordered flags to fly at half-mast through next Monday and said the nation must stay resolved to fight the virus that has “forever changed” the country. (Photo by Win McNamee/Getty Images)
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi Amerika Serikat (AS) batal. Ekonomi negeri itu rebound pada kuartal III (Q3) 2022.

Dari data Departemen Perdagangan Kamis (27/10/2022) sore waktu setempat, PDB Juli ke September tumbuh 2,6%. Di kuartal I (Q1) lalu PDB AS kontraksi atau minus 0,6% sementara kuartal II (Q2) 1,6%.

Data terbaru ini juga mengalahkan perkiraan pasar, 2,4%. Di sisi pengeluaran, konsumsi pribadi di AS menyumbang 68% dari total PDB, terdiri dari pembelian barang 23% dan jasa 45%.

Presiden AS Joe Biden memberikan konferensi pers terkait ini. Menurutnya ekonomi AS memang menunjukkan pemulihan.

"Pemulihan ekonomi kami terus berlanjut," katanya, dikutip AFP.

"Segalanya terlihat baik," tambah mantan wakil presiden AS era Barrack Obama itu yang memang akan menghadapi momen politik lain di negaranya dalam waktu dekat yakni pemilihan paruh waktu anggota kongres AS.

Komentar senada juga dikatakan Menteri Keuangan Janet Yelle. Ia mengatakan data baru menandakan ekonomi sedang bergeser ke arah "pertumbuhan berkelanjutan".

Meski demikian analis memperingatkan risiko rumah tangga yang bergulat dengan harga yang melonjak. Ini akan membuat banyak masyarakat menarik tabungan mereka.

"Ini kemungkinan akan menjadi satu-satunya kuartal positif sepanjang tahun," kata ekonom dari KPMG, Diane Swonk, dalam sebuah cuitan di Twitter.

"Sementara masih ada momentum dalam pengeluaran rumah tangga dan rebound dalam investasi bisnis, ada juga kelemahan berkelanjutan dalam investasi residensial," tambah analis lain, Rubeela Farooqi dari High Frequency Economics.

"Ada risiko khusus untuk konsumsi karena rumah tangga terus menghadapi tantangan dari harga tinggi dan kemungkinan pertumbuhan pekerjaan yang lebih lambat ke depan," tambah Farooqi lagi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keluar dari Lubang Resesi, Ekonomi AS Tumbuh 2,6% Kuartal III

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular