Internasional

Ada Apa Raja Salman? Arab Saudi Disebut "Menipu" AS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 27/10/2022 10:00 WIB
Foto: Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Istana Al Salman setibanya di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (15/7/2022). (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi disebut telah menipu Amerika Serikat (AS). Ini terkait kesepakatan produksi minyak.

Hal ini terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Negeri Petrodollar itu Juni lalu. New York Times yang dilansir Russia Today melaporkan bahwa Biden mengira kunjungannya itu dapat mengamankan kesepakatan rahasia bagi Riyadh untuk meningkatkan pasokan minyak.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Saudi, dengan negara-negara pengekspor minyak lainnya yang tergabung dalam OPEC, justru memutuskan untuk memotong produksi.


"Peningkatan produksi seharusnya datang dari September hingga akhir tahun ini, membantu meredakan inflasi dan membenarkan perjalanan Biden ke Riyadh," lapor media itu pada hari Rabu, (26/10/2022) mengutip wawancara dengan pejabat pemerintah AS dan Timur Tengah yang tidak disebutkan namanya.

Awal bulan ini, OPEC mengumumkan rencana untuk memangkas produksi sebesar dua juta barel per hari. Ini dikhawatirkan memicu lebih banyak tekanan pada harga dan berpotensi meningkatkan risiko bahwa Partai Demokrat yang dipimpin Biden akan kehilangan kendali Kongres dalam pemilihan paruh waktu AS pekan depan.

Apalagi, saat ini Negeri Paman Sam juga telah mengalami pasokan bahan bakar diesel yang seret. Ini juga dikhawatirkan akan mengerek harga bahan bakar semakin tinggi dan menaikan inflasi yang saat ini berada di level tertinggi dalam 40 tahun.

Beberapa anggota parlemen AS menyarankan Washington untuk menghukum Arab Saudi dengan memotong penjualan senjata atau menghapus dukungan militernya. Biden menuduh Riyadh berpihak pada Rusia dalam konflik Ukraina pasalnya dengan situasi ini Moskow akan diuntungkan meski telah mendapat deretan embargo dari Barat.

"Anggota Kongres yang telah menerima pengarahan rahasia tentang kesepakatan minyak rahasia "telah marah karena Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) menipu pemerintah," tambah laporan media itu.

Para pejabat AS mengaku bahwa bahkan beberapa hari sebelum pengumuman OPEC, mereka telah diyakinkan oleh MBS bahwa tidak akan ada pengurangan produksi. Tetapi, di sisi lain, Riyadh mengatakan keputusan ini murni didasari pada pertimbangan ekonomi.

Sementara itu, MBS sendiri dalam laporan lainnya menyebut tidak suka dengan Biden. Dalam sebuah laporan Wall Street Journal, seorang sumber Riyadh mengatakan MBS seringkali mengejek Biden dan juga kebijakannya serta ketajaman mentalnya.

Ini didasari oleh sejarah Biden dengan keluarga kerajaan yang buruk. Dalam masa kampanye untuk presiden pada 2019, Biden mengatakan ia akan memperlakukan Arab Saudi sebagai pariah dan akan membuat mereka 'membayar harga' atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Meski begitu, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan membantah klaim bahwa putra mahkota telah mengejek Biden. Ia menyebut tuduhan itu adalah 'sepenuhnya salah'.

"Para pemimpin Riyadh selalu memiliki 'penghormatan tertinggi' untuk presiden AS," katanya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Konflik Iran-Israel Memanas, Dunia Soroti Manuver Trump