
Alasan RI Masih Impor Tembakau Tak Terduga! Berani Baca?

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun peredaran rokok semakin menjamur, ternyata Indonesia masih harus mengimpor tembakau untuk memenuhi produksi rokok nasional setiap tahunnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, produksi rokok nasional pada tahun lalu mencapai 320 miliar batang. Artinya, dibutuhkan setidaknya 320.000 ton tembakau untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sementara itu, produksi tembakau yang bisa disuplai hanya berada di kisaran 190.000 hingga 200.000 ton per tahun. Selain itu, ternyata ada alasan lain yang membuat Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Nirwala Dwi Heryanto mengatakan, alasan lain yang dimaksud adalah kualitas tembakau yang berbeda-beda.
"Tembakau itu ada 36 grade. Grade tertinggi itu yang warnanya deep yellow, itu yang paling tinggi harganya. Ini bicara kuantitas, bicara kualitas," kata Nirwala saat berbincang dengan CNBC Indonesia akhir pekan lalu, seperti dikutip Kamis (27/10/2022).
Nirwala menjelaskan, tidak semua tembakau bisa diproduksi atau ditanam di dalam negeri karena Indonesia adalah negara tropis. Sementara di sisi lain, Nirwala mengatakan, dalam satu batang rokok setidaknya ada 15 campuran yang berbeda-beda.
"Kita bicara taste. Yang biasanya 3 kombinasi, kok sekarang hanya 2, atau diganti jenis yang lain pun belum tentu sama. Berarti kita bicara varietas," jelasnya.
Pabrikan rokok dalam negeri, kata dia, tentu tidak ingin mengubah 'resep' rokok yang sudah dimutakhirkan sejak lama. Nirwala mengatakan, apabila ada perubahan dari rasa rokok karena tembakau yang tidak cocok, bukan tidak mungkin konsumen akan meninggalkan merek rokok yang dimaksud.
"Kalau kurang gimana? Bubar. Bicara tembakau, bicara taste. Rokok itu barang inferior. Mau naik berapapun, orang akan mampu beli. Tetapi kalau sudah bicara antar merek, itu sangat elastis," kata Nirwala.
Hal senada turut dikemukakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno. Ia menyebut, setiap tembakau memiliki ciri khas dan keunggulan masing-masing, di mana perusahaan tidak akan mengambil risiko dengan menggunakan tembakau lain sebagai alternatif.
"Tiap tembakau ada ciri khasnya, Tembakau mendongkrak rasa. Kalau impor kan kuantitas. Kalau pabrikan mau ada kualitas ya harus ada," jelasnya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Rokok Murah RI: Ada yang Cuma Rp 8.000 Per Bungkus!