Terkuak! Indonesia Ternyata Impor Tembakau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan tingkat merokok tertinggi di dunia. Industri tembakau domestik kini semakin berkembang pesat, sekaligus membuat jenis rokok di dalam negeri makin beragam.
Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan jumlah perokok dewasa di mencapai 69,1 juta pada 2021. Banyaknya perokok juga berdampak pula terhadap keberagaman jenis rokok yang dijual.
Jenis-jenis rokok ini sudah terbagi sesuai dengan bahan baku, pembungkus, proses pembuatan, hingga penggunaan filter, di mana masing-masing jenis rokok yang dimaksud memiliki karakter dan cita rasa yang berbeda-beda.
Ada yang namanya rokok kretek, sigaret, klobot, kawung, cerutu, tembakau iris, kelembak kemenyan, hingga yang teranyar rokok elektrik. Berbagai macam rokok yang disebutkan di atas juga kerap ditemukan di berbagai daerah, bahkan di wilayah pelosok.
Kendati demikian, terungkap bahwa tak semua tembakau yang digunakan dalam rokok diproduksi di dalam negeri. Indonesia ternyata masih harus mengimpor tembakau dari sejumlah negara, bahkan hingga ke negara belahan Afrika.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Nirwala Dwi Heryanto menjelaskan ada beberapa alasan Indonesia masih mengimpor tembakau dari luar negeri.
Nirwala kemudian merujuk pada data produksi rokok sepanjang tahun lalu yang mencapai 320 miliar batang. Jika dikonversi menjadi 1 batang rokok, maka setidaknya Indonesia membutuhkan 320.000 ton tembakau.
"Produksi Indonesia berapa? Antara 190-200.000 ton. Itu baru bicara kuantitas. Berarti masih membutuhkan sekitar 120.000 ton. Dari mana? Berarti harus impor," kata Nirwala saat berbincang dengan CNBC Indonesia akhir pekan lalu, seperti dikutip, Kamis (27/10/2022).
Data Kementerian Keuangan menyebutkan kebutuhan bahan baku tembakau pabrikan nasional mencapai rata-rata 315.000 ton per tahun. Tambakau domestik hanya menghasilkan 206.800 ton per tahun atau sekitar 66%.
![]() Tembakau impor |
Selain kualitas produksi, setiap tembakau ternyata memiliki tingkatannya masing-masing. Nirwala menjelaskan, salah satu tingkatan tembakau tertinggi adalah yang berwarna kuning pekat, dan itu tidak bisa ditanam atau diproduksi di wilayah Indonesia.
"Indonesia itu negara tropis, tembakau yang hidup subur di daerah tropis, hanyalah Virginia, tembakau kerosok. Sedangkan 1 batang rokok itu tidak kurang dari 15 campuran jenis. Kita bicara taste. Bayangkan kalau cuma 3 jenis," kata Nirwala.
"Ingat, tembakau itu tanaman musiman. Tergantung musim. Gagal, rasanya hancur. Biasanya 3 kombinasi, kok sekarang hanya 2. Diganti jenis yang lain pun belum tentu sama, berarti kan bicara varietas," katanya.
Ketua umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengatakan produksi tembakau Indonesia sangat ditentukan oleh musim. Dia mengingatkan jika musim hujan dan basah yang panjang seperti tahun ini akan mengurangi panen.
"Akhir-akhir ini kan cuaca jelek ya kemungkinan kurang dari itu (200.000 ton). Kualitasnya ga memenuhi syarat, karena basah, terlalu basah," ujarnya, kepada CNBC Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
Resesi, Perang & BBM Bakal Pengaruhi Tarif Cukai Rokok 2023
(cha/mij)