RI Bakal Produksi Gas Besar-besaran, Tapi Pembelinya 'Gelap'?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 26/10/2022 18:35 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal menggenjot penyerapan gas bumi di dalam negeri. Hal tersebut menyusul adanya target produksi yang dipatok sebesar 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.

Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan permintaan (create demand) gas, baik untuk pasar ekspor maupun domestik.

Ini dilakukan agar gas yang bakal diproduksikan pada 2030 mendatang dapat terserap sepenuhnya.


"Memang sudah ada yang existing, proyektif, potential demand. Kemudian, kita juga perlu create demand supaya kalau kita sudah mencapai 12 BSCFD bisa terserap, baik domestik maupun ekspor, itu sedang pararel kita upayakan," kata Mustafid ditemui di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan, industri siap untuk menyerap berapapun gas yang diproduksikan. Pasalnya, gas bumi mempuyai peran yang cukup signifikan dalam menggnjot produksi industri dalam negeri.

"Pasti diserap berapapun, sampai sejauh September berapapun pemerintah kasih gas, kami serap. Buktinya Jawa Timur meski harga lebih mahal dari US$ 6 per MMBTU mau gak mau dibeli karena sudah komit semua, efek snowball, karena apa yang penting mesin bisa digenjot, industri itu gitu," kata dia.

Berdasarkan data terbaru Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), status per 31 Desember 2021, Indonesia memiliki cadangan terbukti (proven reserves) gas alam sebesar 34,64 triliun kaki kubik (TCF).

Bila digabungkan dengan data cadangan potensial (potential reserves), berdasarkan data Kementerian ESDM status 1 Januari 2021, total cadangan gas RI mencapai 60,61 TCF.

Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena Indonesia masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi.

Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022-2030, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1.715 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.

"Indonesia dapat mengoptimalkan peran LNG. Seperti yang diproyeksikan dalam Neraca LNG Indonesia, akan ada peningkatan produksi LNG pada tahun 2028. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami surplus gas hingga 1.715 MMSCFD yang berasal dari beberapa proyek potensial di berbagai wilayah Indonesia," papar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dikutip dari laman resmi ESDM.

Proyek-proyek tersebut, antara lain Blok Masela yang akan mulai berproduksi setelah pertengahan dekade ini dan Proyek IDD yang diharapkan dapat mendukung produksi LNG Bontang. Selain itu, Wilayah Kerja Andaman dan Agung yang diharapkan bisa berkontribusi dalam jangka panjang.

Tutuka memaparkan, produksi LNG Bontang tahun 2026 diperkirakan 27,7 kargo. Pada tahun berikutnya, produksi akan meningkat menjadi 56,2 kargo. Sejak selesainya ekspor LNG jangka panjang pada tahun 2025, semua produksi LNG diharapkan belum terkontrak. Sementara untuk produksi dari Blok Masela, diperkirakan pada tahun 2028, produksi LNG diperkirakan sekitar 149,2 kargo dan hingga tahun 2035 produksinya relatif stabil.

Namun demikian, penyerapan gas untuk kepentingan dalam negeri hingga saat ini masih belum optimal. Penyerapan gas domestik baru mencapai 64,3% dari produksi gas Indonesia pada 2021 atau dengan total gas yang disalurkan adalah 5.734,43 BBTUD.

Dari jumlah tersebut, sebesar 27,45% untuk kebutuhan industri, ekspor berupa LNG sebesar 22,18%, pupuk 12,08%, ekspor gas pipa 13,14% dan listrik 11,90%.

"Indonesia juga memanfaatkan gas untuk kebutuhan domestik LNG dan LPG masing-masing sebesar 8,56% dan 1,56%. Sebagian kecil dari sisa konsumsi adalah untuk gas kota dan gas untuk bahan bakar transportasi," jelasnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam