
Suku Bunga Naik, Ekonom Ungkap Strategi Bank Jaga Pertumbuhan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%. Meski demikian perbankan diperkirakan masih menahan kenaikan bunga kredit dengan memperhatikan berbagai perkembangan dan risiko yang ada.
Hal ini diungkapkan oleh Ekonom Aviliani dalam Road to CNBC Indonesia Awards 2022 kategori The Most Inspiring Banks. Dia menyebutkan saat ini perbankan mengamati perkembangan debitur, terutama yang kemampuannya terbatas akibat kenaikan suku bunga.
Menurutnya kenaikan bunga kredit bisa saja terjadi tahun ini, meski tidak secara otomatis setelah BI menaikkan suku bunga acuan.
"Paling tidak ada jeda satu-dua bulan. Demikian juga dana tidak otomatis naik, menunggu jatuh tempo. Jadi setiap bank punya strategi masing-masing untuk menentukan kenaikan dari setiap debitur. Itu biasanya strategi masing-masing bank," kata Aviliani, Rabu (26/10/2022).
Lag effect menurutnya tidak menjadi sinyal kekhawatiran karena perbankan telah terbiasa ketika ada krisis atau kenaikan suku bunga. Pihak bank pun biasanya akan meninjau berbagai debitur.
"Bank malah akan rugi karena kredit macet. Sehingga bank menilai debitur mana yang bisa dinaikkan dengan basis poin yang berbeda-beda," ujarnya.
"Yang biasanya bisa naik itu pada deposito atau tabungan berjangka. Saya melihat bank belum khawatir dengan kondisi debitur. Tapi bank sudah memperkirakan nilai tukar. Karena kalau melemah terus terdampak pada cost produksi perusahaan dan mempengaruhi cash flow," tambahnya.
Ada kemungkinan perusahaan akan mencoba mereduksi karena harganya yang penuh ketidakpastian, sehingga hal ini harus diperhatikan oleh pembuat kebijakan. Nilai tukar rupiah menurutnya perlu dijaga, untuk menciptakan kepastian bagi dunia usaha.
"Untuk tahun depan perlu diantisipasi. Kedua restrukturisasi, karena regulator akan memperpanjang restrukturisasi. Dengan kenaikan suku bunga ada yang memang perlu restrukturisasi, apabila ada yg tidak mampu membayar bunga dan angsuran," kata Aviliani.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article CNBC Indonesia Awards Siap Apresiasi Para Pelaku Industri
