
'Happy' Dapat Perintah Jokowi, Sri Mulyani Sigap Lakukan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi global yang semakin tidak menentu, membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) siaga. Tak pelak, dia menitipkan perintah tegas kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Isi perintahnya terkait anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang harus dikelola secara hati-hati.
"Saya selalu sampaikan kepada bu Menkeu. Bu, kalau punya uang kita di APBN kita, dieman-eman. Itu bahasa inggris tuh. Di eman-eman, dijaga, hati-hati," ungkap Jokowi dalam pidatonya, dikutip Rabu (26/10/2022).
Mendengar pesan ini, Sri Mulyani semringah. Dalam kesempatan yang sama, usai Jokowi bicara, Sri Mulyani pun langsung memberikan tangapannya.
"Menteri Keuangan diminta berhati-hati kita senang," ungkapnya dalam acara UOB Economic Outlook.
"Karena kalau minta belanja yang macam-macam, bilang pak Presiden suruh hati-hati. Gitu kan. Jadi itu membuat bisa melihat secara jauh lebih baik," tambahnya.
Perintah Jokowi ini semakin memantapkan langkah Sri Mulyani untuk berhemat. Defisit anggaran akan diarahkan ke kisaran 3,9% pada tahun ini.
Namun, melihat landainya angka Covid dan realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang hanya mencapai 52,9 persen dari pagu sebesar Rp455,62 triliun yakni Rp240,8 triliun per 14 Oktober 2022.
Kemungkinan defisit APBN berpeluang lebih rendah dari sasaran 3,9%. Meski akan berbalik defisit, namun APBN per September 2022 masih mencetak surplus hingga Rp 60,9 triliun atau 0,33% dari produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, Sri Mulyani juga mulai mengerem penerbitan surat utang.
Sri Mulyani mengatakan penerbitan surat utang sampai dengan 30 September 2022 menurun tajam sampai dengan 29,4% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 647,5 triliun.
"SBN kita secara neto turun 29,4%. Tahun lalu kita menerbitkan Rp 666,7 triliun, tahun ini kita menerbitkan hanya Rp 470,9 triliun," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (21/10/2022).
Dari penurunan ini, Sri Mulyani menegaskan ini adalah posisi penurunan yang sangat cepat.
Sementara itu, pinjaman tercatat turun menjadi Rp 8 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 19,2 triliun.
Dengan demikian, secara keseluruhan realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang turun hingga 26%.
Menurut Sri Mulyani, penurunan ini dilakukan karena tendensi suku bunga naik dan dolar menguat. Kondisi ini akan memberikan volatilas di pasar uang, termasuk surat berharga.
"Cost of fund akan naik jadi kalau kita responsnya dengan menurunkan surat berharga ini berarti kita menghindarkan dari risiko gejolak global yang sangat tinggi," tegas Sri Mulyani.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Barang Ilegal Rp 49 M yang Disikat Sri Mulyani Cs