CNBC Indonesia Research

Ada yang Lebih Ngeri dari Covid, Ternyata Pangan Kuncinya!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
25 October 2022 14:35
Krisis Ada Di Depan maya! Negara-Negara Dunia Mulai Pelit Jualan Pangan
Foto: Infografis/Krisis Ada Di Depan maya! Negara-Negara Dunia Mulai Pelit Jualan Pangan/Aristya Rahadian

Dengan kondisi yang sedang di hadapi sekarang. Artinya, ada banyak ketidakpastian yang kita hadapi. Maka dari itu perlu strategi, pendekatan One Health namanya yakni sebuah konsep yang menjelaskan keterikatan kesehatan holistik antara manusia-hewan-lingkungannya untuk mengendalikan dan memerangi penyakit, menjamin ketahanan pangan, dan menjaga kualitas lingkungan.

Pendekatan ini tentunya bukan sekedar konsep namun perlu diwujudkan dengan beberapa strategi penting di tengah kondisi ketidakpastian seperti sekarang ini di mana dihantui virus Covid-19 yang tak pasti ke depannya akan seperti apa hingga isu resesi yang kian mencuat.

Wujudkan Tata Kelola Pangan yang Optimal

Pengelolaan pangan di Indonesia masih belum optimal. Importasi komoditas pangan dilakukan tanpa berbasiskan data lengkap sehingga terjadi gejolak harga, dan memukul petani dalam negeri.  Pada kenyatannya, masalah kebutuhan pangan Indonesia lewat impor kerap terjadi ketidaksinkronan. Sebab, antar kementerian punya aturan mainnya sendiri.

Indonesia masih menghadapi permasalahan ketahanan pangan dan importasi komoditas pangan pokok skala besar. Impor pangan begitu beresiko di saat ketidakpastian global saat ini.

Makanan pokok Indonesia seperti beras, jagung, gandum, kedelai, cabai, hingga bawang diimpor. Hal ini juga akan membuat harga bahan baku untuk makanan olahan pun makin mahal dan membuat harga jual ke konsumen semakin naik. Ke depan, warga RI juga masih perlu bersiap pada dolar yang masih berpotensi menguat.

Kalau kita ambil satu komoditas saja, daging misalnya. Pada 2021, Badan Pusat Statistik (BS) mencatat Indonesia mengimpor daging sapi sebesar 211,43 ribu ton dengan nilai transaksi mencapai US$ 785,15 juta (sekitar Rp 12,16 triliun). Menilik trennya dalam satu dekade terakhir, ternyata volume impor daging sapi ke Indonesia cenderung meningkat.

Pelonggaran kuota importisasi daging sapi tersebut, alih-alih mengendalikan harga dan menjaga kebutuhan pasar domestik, justru memicu penyebaran penyakit baru yakni PMK atau Penyakit Mulut dan Kuku.

Keamanan Pangan Adalah Kunci Ketahanan Pandemi Maupun Tekanan Ekonomi yang Akan Datang

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret mengganggu banyak sekali sektor-sektor yang menyokong kehidupan masyarakat, termasuk di antaranya sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sorotan karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.

Tentunya pada masa pandemi yang sulit seperti sekarang ini ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk menghindar dari krisis pangan yang seakan menghantui Indonesia. Selain pandemi, saat ini ada banyak negara yang menghadapi ancaman krisis akibat naiknya harga komoditas pangan dan energi.

Beruntungnya, di tengah kondisi ini Indonesia diperkirakan masih mampu menjaga stabilitas produksi padi dan beras seperti lima tahun terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperkirakan produksi padi nasional tahun ini akan meningkat sebanyak 1,25 juta ton gabah kering giling (GKG) atau tumbuh 2,31% dibanding tahun lalu, sehingga produksi totalnya bisa mencapai 55,67 juta ton GKG.

Produksi GKG tersebut bisa dikonversi menjadi 32,07 juta ton beras untuk konsumsi masyarakat sampai akhir 2022. Produksi beras ini pun meningkat 720 ribu ton atau tumbuh 2,29% dibanding tahun lalu.

Berikut rincian perkiraan produksi padi Indonesia sepanjang tahun 2022 menurut BPS:

  • Januari-September 2022: 45,43 juta ton GKG
  • Oktober-Desember 2022: 10,24 juta ton GKG
  • Total (Januari-Desember 2022): 55,67 juta ton GKG

Sedangkan ini perkiraan produksi padi yang dikonversi menjadi beras untuk tahun 2022:

  • Januari-September 2022: 26,17 juta ton beras
  • Oktober-Desember 2022: 5,9 juta ton beras
  • Total (Januari-Desember 2022): 32,07 juta ton beras

Naiknya produksi padi tidak terlepas dari luas panen padi nasional yang meningkat 194 ribu hektare atau bertambah 1,87% dibanding tahun lalu, sehingga totalnya menjadi 10,61 juta hektare pada 2022.

Ketahanan pangan sendiri memiliki dua kata kunci penting yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan merata serta akses penduduk terhadap pangan. Apalagi, di tengah isu resesi sekarang ini. Indonesia perlu menggalakkan ketahanan pangan agar bisa lebih berdaya tahan menghadapi potensi resesi.

Pemerintah patut memberi perhatian khusus pada sektor pangan, meski subsidi untuk energi dan bahan bakar sudah ditambah, persoalan distribusi atau supply chain pangan harus dapat lebih efisien untuk menjaga agar inflasi berada di ambang normal.

Strategi Perkuat Keamanan Pangan

Indonesia dapat memperkuat arsitektur keamanan pangan nasional melalui beberapa strategi

Pertama,memperkuat sistem pengendalian pangan nasional. Sistem pengendalian pangan nasional memainkan peran penting. Sistem ini harus efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam melindungi kesehatan masyarakat.

Pengukuran kinerja dari sistem pengendalian pangan nasional diperlukan untuk mengetahui performa kinerja, mengidentifikasi perbaikan, dan menargetkan investasi yang dibutuhkan. Sehingga, transparansi dan akuntabilitas dari sistem nasional ini dapat dirasakan oleh masyarakat.

Misalnya, pemerintah menetapkan sistem penanganan insiden keamanan pangan dan sistem tanggap darurat di tingkat daerah, provinsi, dan nasional.

Kedua, mengidentifikasi dan menanggapi tantangan keamanan pangan yang dihasilkan dari perubahan global.

Transformasi global pada sistem pangan dapat dipastikan berdampak pada keamanan pangan. Dengan demikian, sistem keamanan pangan harus mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons permasalahan baik yang sedang terjadi maupun yang akan muncul.

Ketiga, memperbaiki cara pengambilan keputusan manajemen risiko berbasis bukti ilmiah dan penilaian risiko.

Manajemen risiko keamanan pangan perlu didasarkan pada ilmu pengetahuan. Pembuatan, pengumpulan, pemanfaatan, interpretasi, dan berbagi data merupakan dasar dalam membangun sistem keamanan pangan berbasis bukti.

Keempat, memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dan komunikasi risiko.

Sistem keamanan pangan merupakan tanggung jawab seluruh stakeholder. Sistem keamanan pangan yang lebih inklusif dapat mencakup keterlibatan semua elemen, termasuk pemberdayaan konsumen. Seperti, pemerintah memfasilitasi komunikasi dan menumbuhkan budaya keamanan pangan dengan melibatkan produsen makanan.

Kelima, mempromosikan keamanan pangan sebagai bagian penting dalam perdagangan.

Globalisasi perdagangan pangan dan penyakit bawaan makanan dapat menyebar melintasi teritori suatu wilayah. Sehingga, kondisi ini menyebabkan dampak kesehatan dan ekonomi yang signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular