
Daftar Lengkap Bisnis RI yang Sudah Rumahkan dan PHK Karyawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang resesi global sudah mulai menekan sejumlah industri dalam negeri. Sebagian perusahaan ada yang mulai merumahkan karyawannya untuk menekan biaya operasional.
Meski tidak masif terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), namun status dirumahkan adalah 'hantu' bagi kalangan pekerja. Sebagian besar pekerja yang terkena fenomena ini berasal dari sektor padat karya.
Berikut sektor usaha di Indonesia yang sudah mulai merumahkan karyawan, bahkan PHK:
Gelombang PHK Startup
Maraknya PHK di bisnis startup bisa jadi awal dari gelombang PHK di Indonesia. Sebagai akibat pelemahan ekonomi global.
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan fenomena PHK yang terjadi sangat memungkinkan Indonesia masuk dalam jurang resesi pada tahun depan.
Dan, lanjut Bhima, tren PHK di banyak sektor, menjadi tanda-tanda terjadinya stagflasi. Yaitu kenaikan inflasi yang tidak dibarengi dengan terbukanya kesempatan kerja.
Bisnis startup di Indonesia yang telah melakukan PHK, baik karena efisiensi, menutup layanan bisnis, hingga bangkrut di tahun 2022 ini adalah Shopee Indonesia, Tanihub, Fabelio, Mobile Premiere League, LINE, Xendit, Bananas, Beres.id.
PHK 900 Orang di Jawa Barat
Banyak perusahaan hulu tekstil yang harus memangkas produksi. Akibatnya kini marak perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri merumahkan karyawannya.
Bahkan, sampai memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).
Seperti yang terjadi di pabrik Kahatex, yang berlokasi di Sumedang, Jawa Barat.
Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, Kahatex adalah perusahaan produsen tekstil dan produk tekstil (TPT) anggota APSyFI.
"Iya, anggota APSyFI. Jualannya seret (hingga memicu PHK). Minggu kemarin PHK 900 orang. Kahatex saja. Akan nambah terus kayanya," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/10/2022).
"Anggota APSyFI sudah sekitar 1500-an orang yang dirumahkan. Kalau anggota APSyFI yang sudah info PHK hanya Kahatex. Kalau SPV sudah full stop, karyawan dirumahkan, IBR jalan tinggal 1 line, Indorama pun stop 2 line. Yang lain udah kurang produksi 30%," ungkap Redma.
Redma sendiri sudah mewanti-wanti sebelumnya soal potensi gelombang PHK di industri TPT nasional. Apalagi, pemerintah pun sudah memperingatkan kondisi gelap yang mengancam perekonomian di tahun 2023 akibat 'badai' resesi global.
Sinyal itu, kata dia, terlihat dari pengurangan dan pembatalan order secara beruntun. Khususnya oleh pembeli di negara-negara yang kini mengalami resesi (teknikal) dan hiperinflasi seperti AS dan Uni Eropa.
"Industri ini tengah menghadapi 'pukulan' serupa seperti saat pandemi Covid-19 merebak. Memang, di kuartal pertama kemarin kita masih tumbuh. Tapi kemudian anjlok lagi dan ini nggak ada tanda-tanda bakal pulih segera. Harapan kita di kuartal pertama tahun 2023 bisa ada sinyal positif," kata Redma.
Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengungkapkan, di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), mulai dari hulu ke hilir, sudah ada beberapa pabrik yang meliburkan buruh di hari Sabtu-Minggu. Ada juga yang kini hanya kerja 4-5 hari seminggu, hingga mematikan 1 hingga 2 lini produksinya.
"Ini akibat pelemahan global dan sudah kita rasakan terutama selama 2 bulan terakhir," ujar Jemmy.
Lebih parahnya lagi, Jemmy mengatakan hal ini juga berimbas kepada 45 ribu orang buruh industri TPT yang sudah dirumahkan hingga saat ini.
"45 ribu orang saya pikir ada, dari hulu ke hilir industri TPT. Bukan cuma anggota API, nggak cuma pabrik garmen. Ada pabrik pemintalan, pencelupan, tenun, ada garmen," ujarnya.
Industri Logistik-Alat Berat
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Mirah Sumirat mengungkapkan, masih ada karyawan yang dirumahkan sejak tahun 2020 belum kembali bekerja hingga saat ini. Bahkan, kata dia, ada yang akhirnya diberhentikan.
Menurut Mirah, gelagat PHK yang berawal dari status dirumahkan memang marak dialami buruh yang jadi anggota Aspek.
"Tahun 2020-2021 sangat luar biasa PHK massal dan dirumahkan tanpa upah. Tahun 2022 mulai bergerak bangkit, banyak kawan kembali kerja, tapi ada juga anggota yang dirumahkan sampai detik ini. Katanya dipatenkan (diberhentikan)," ujar Mirah kepada CNBC Indonesia.
Padahal, imbuh dia, kondisi perusahaan masih berjalan dan tetap berproduksi meski terjadi penyesuaian. Seharusnya, kata dia, menghentikan karyawan menjadi opsi terakhir ketika sudah tidak bisa lagi bertahan.
"Tapi perusahaan ini bagus, upah berjalan, dan kebanyakan yang kena di staf, tapi produksi jalan terus. Bahkan 2020 kerja biasa, ada beberapa hari yang ganti-gantian," kata Mirah.
"Menyampaikan rugi, tapi ga jelas juga akuntabilitasnya, bilang rugi tapi langsung PHK juga, atau pagi kerja, sore di PHK. Jadi masih terjadi," lanjutnya.
Industri Garmen-Sepatu
Ancaman pengurangan karyawan sudah mulai terlihat di industri padat karya. Kalangan buruh mengungkapkan bahwa banyak anggotanya yang sudah mulai mengurangi hari kerja, bahkan tidak sedikit yang akhirnya dirumahkan.
"Sampai saat ini yang dirumahkan panjang, artinya sebulan nggak kerja, paling nggak untuk anggota hampir 5.000-an, termasuk di industri tekstil, garmen, sepatu juga," kata Ketua Federasi Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Roy Jinto kepada CNBC Indonesia dikutip Senin (24/10/2022).
Fenomena ini terjadi akibat adanya penurunan permintaan, utamanya untuk pasar ekspor. Akibatnya pekerjaan menjadi lebih sedikit dan buruh yang menerima konsekuensinya, yakni tidak bisa bekerja secara normal bahkan untuk karyawan kontrak sudah mulai dilepas.
Ancaman pengurangan karyawan sudah mulai terlihat di industri padat karya. Kalangan buruh mengungkapkan bahwa banyak anggotanya yang sudah mulai mengurangi hari kerja, bahkan tidak sedikit yang akhirnya dirumahkan.
"Sampai saat ini yang dirumahkan panjang, artinya sebulan nggak kerja, paling nggak untuk anggota hampir 5.000-an, termasuk di industri tekstil, garmen, sepatu juga," kata Ketua Federasi Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP TSK SPSI) Roy Jinto.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PHK Hingga Mutasi di GS Battery, Gegara Serikat Pekerja?