
Jika Perang Nuklir Pecah, Bumi Bisa Lebih Dingin & Gelap

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman perang nuklir kian nyata. Miliarder Warren Buffett, ekonom Nouriel 'Dr. Doom' Roubini, hingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bahkan telah membuat ramalan terkait perang nuklir di masa depan.
Mereka meramal adanya perang nuklir, khususnya yang ditengarai oleh Rusia-Ukraina dan beberapa negara yang memanas seperti China-Taiwan, Korea Utara-Korea Selatan-Jepang dan AS.
Jika benar terjadi hal ini, bisa dipastikan dunia tidak akan sama lagi. Dalam laporan terbaru yang ditulis bersama oleh Alan Robock, profesor terkemuka di departemen ilmu lingkungan di Universitas Rutgers, potret dunia pasca perang nuklir akan lebih dingin, lebih gelap, dan lebih lapar daripada yang biasanya.
Dalam laporan ini, para ilmuwan menjelaskan bagaimana senjata nuklir, jika digunakan dalam berbagai keadaan, dapat menyebabkan badai api yang akan melepaskan asap, jelaga, dan polutan ke atmosfer bagian atas. Ini akan menghalangi sinar matahari dan menyebabkan efek pendinginan mendadak yang lama dikenal sebagai "musim dingin nuklir".
"Gangguan seperti itu akan berdampak pada lautan dunia dan secara dramatis merusak ketahanan pangan, berpotensi menyebabkan keruntuhan pertanian skala besar yang dapat menyebabkan kelaparan global," kata laporan tersebut, mengutip Truthout, Sabtu (22/10/2022).
Dalam jurnal AGU Advances, para ilmuwan melaporkan bahwa pendinginan global yang disebabkan oleh perang nuklir dapat mengganggu ekologi lautan dan es laut selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad. Ini tentu akan membunuh kehidupan laut dan mengganggu sistem alam.
Sementara laporan kedua yang diterbitkan di Nature Food menggambarkan senjata nuklir akan memberikan dampak seperti kebakaran hutan yang sangat besar, akan melepaskan jelaga ke stratosfer yang dapat bertahan selama bertahun-tahun.
"Ini mirip dengan letusan gunung berapi besar yang bersejarah, kehancuran akibat penggunaan senjata nuklir dapat menyebabkan pendinginan mendadak dalam skala global, yang mengakibatkan kegagalan panen yang meluas, kelaparan, dan ketidakstabilan politik yang ekstrem," menurut laporan tersebut.
Di bawah berbagai skenario perang nuklir, beberapa ledakan nuklir antara 15 hingga 100 kiloton dapat membunuh puluhan atau ratusan juta orang dalam hitungan jam atau hari. Hulu ledak nuklir non-strategis AS berkisar dari 0,3 kiloton hingga 170 kiloton. Bom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki masing-masing sekitar 15 dan 21 kiloton.
Jika terjadi perang nuklir besar antara Rusia dan AS, musim dingin nuklir yang diakibatkannya dapat menyebabkan sebanyak 5,3 miliar orang meninggal karena kelaparan dalam waktu dua tahun perang.
Sebagai pengetahuan, Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah bersiaga. Aliansi negara Barat ini melakukan latihan perang nuklir Steadfast Noon sejak 17 Oktober, sementara Rusia juga disebut akan melakukan hal serupa di akhir bulan ini.
Situs prediksi mata uang kripto, Polymarket, bahkan telah membuka kanal taruhan terkait potensi penggunaan senjata nuklir di 2023 mendatang. Hipotesisnya adalah federasi Rusia mungkin akan meledakkan perangkat nuklir dalam kapasitas ofensif pada 31 Desember 2022, pukul 11:59:59 malam waktu Pantai Timur AS.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Luhut Bicara Perang Nuklir: Ini Jadi Masalah yang Serius