Astaga! 2 Varian Covid Baru & Berbeda, Ada di Eropa Serta RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia memang belum benar-benar pulih dari Covid-19. Yang terbaru, ada lagi dua varian Covid-19 berbeda yang telah menyebar, salah satunya di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, dan satunya lagi di Singapura hingga RI.
Untuk yang ada di Eropa, adalah varian Covid-19 BQ.1 dan BQ.1.1. Regulator kesehatan Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat (21/10/2022) memperkirakan bahwa varian Covid-19 jenis baru itu menyumbang 16,6% terjangkitnya masyarakat yang terserang virus Covid-19.
Itu artinya, hampir dua kali lipat dari minggu lalu, sementara Eropa mencatat varian virus yang baru itu menjadi varian yang dominan dalam sebulan.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan varian tersebut kemungkinan akan meningkatkan kasus dalam beberapa minggu hingga bulan mendatang di kawasan Eropa.
Kedua varian tersebut merupakan turunan dari subvarian BA.5 Omicron, yang merupakan bentuk dominan dari virus corona di Amerika Serikat. "Varian ini (BQ.1 dan BQ.1.1) sangat mungkin dapat menyebabkan gelombang penyakit yang sangat buruk pada musim dingin ini di AS karena sudah mulai terjadi di Eropa dan Inggris," kata Gregory Poland, seorang ahli virologi dan peneliti vaksin. di Klinik Mayo.
Berbeda dengan itu, di Asia seperti Singapura dan Indonesia juga kedapatan virus Covid-19 subvarian Omicron XBB. Menkes RI Budi Gunadi Sadikin menyebutkan subvarian Omicron XBB sudah ditemukan di tanah air.
"Singapura sekarang kasusnya naik lagi ke 6.000 per hari karena ada varian baru yang namanya XBB. Varian ini juga sudah masuk ke Indonesia. Kita amati terus," ujarnya.
Menurut BGS, Indonesia sudah berhasil mengatasi pandemi, ditandai dengan penurunan kasus Covid-19 selama Juli-Agustus 2022. "Masih ada tantangan karena varian baru masih akan tumbuh," katanya.
Lebih lanjut, BGS bilang Indonesia beruntung karena vaksinasi Covid-19 berjalan baik sehingga imunitas mayarakat terjaga. Kemudian protokol kesehatan yang konservatif masih dijalankan masyarakat, terutama pemakaian masker.
"Negara-negara lain sudah pede buka masker dan itu sebabnya yang terjadi kayak di Singapura sekarang naiknya cukup tinggi," ujarnya
(pgr/pgr)