Internasional

Ternyata Industri Nuklir AS Bergantung ke Rusia, Ini Buktinya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 20/10/2022 21:20 WIB
Foto: Rosatom

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan pembangkit tenaga nuklir menemui satu permasalahan baru. Ini terkait dengan hubungan negara itu dan Rusia yang sedang dalam ketegangan yang tinggi.

Tenaga nuklir membutuhkan sebuah bahan bakar yang disebut sebagai High-Assay Low-Enriched Uranium (HALEU). Bahan bakar itu diperkaya ke tingkat hingga 20%, lebih tinggi dari uranium biasa yang diperkaya 5% demi menggerakkan sebagian besar pembangkit nuklir.

Saat ini, hanya TENEX, yang merupakan bagian dari perusahaan energi nuklir milik negara Rusia Rosatom, yang menjual HALEU secara komersial.


Dengan sanksi dan ketegangan politik yang memanas dengan Moskow, Washington menggunakan sebagian dari cadangan uranium tingkat senjatanya untuk membantu bahan bakar reaktor canggih baru dalam beroperasi.

"Produksi HALEU adalah misi penting dan semua upaya untuk meningkatkan produksinya sedang dievaluasi," kata juru bicara Departemen Energi AS (DOE) kepada Reuters, Kamis (20/10/2022).

Krisis energi yang dipicu oleh perang di Ukraina telah memperbaharui minat terhadap tenaga nuklir. Pendukung reaktor nuklir mengatakan bahan bakar itu lebih efisien, lebih cepat untuk dibangun, dan dapat meningkatkan peralihan dari sumber energi fosil.

Tetapi tanpa sumber HALEU yang dibutuhkan reaktor, pengembang khawatir mereka tidak akan menerima pesanan untuk pabrik mereka. Dan tanpa pesanan, produsen potensial tidak mungkin mendapatkan rantai pasokan komersial dan berjalan untuk menggantikan uranium Rusia.

"Kami memahami perlunya tindakan segera untuk mendorong pembentukan pasokan HALEU yang berkelanjutan dan didorong pasar," tambah juru bicara DOE.

Fakta bahwa Rusia memiliki monopoli atas HALEU telah lama menjadi perhatian Washington. Namun perang di Ukraina telah mengubah permainan, karena baik pemerintah maupun perusahaan yang mengembangkan reaktor baru di Negeri Paman Sam tidak ingin bergantung pada Moskow.

"Kami tidak memiliki masalah bahan bakar sampai beberapa bulan yang lalu. Setelah invasi ke Ukraina, kami tidak nyaman berbisnis dengan Rusia," papar Jeff Navin, direktur urusan eksternal di TerraPower, yang dipimpin miliarder Bill Gates.

Sementara itu, dalam mengatasi hal ini, AS memberikan kontrak biaya bersama pada tahun 2019 kepada Centrus. Centrus merupakan satu-satunya perusahaan di luar Rusia yang saat ini memiliki lisensi untuk membuat HALEU.

Namun produksi itu kemungkinan tidak akan segera berjalan karena persoalan rantai pasok.

"Sementara fasilitas itu akan mulai membuat HALEU tahun ini, produksi telah ditunda hingga 2023, sebagian karena penundaan dalam mendapatkan wadah penyimpanan karena masalah rantai pasokan selama pandemi global," kata Centrus.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Murka dengan AS - Dua Raja Penagih Utang RI Bikin Dinasti