Terungkap Alasan Investor 'Ogah' Bangun Jalan Tol Luar Jawa

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
20 October 2022 17:35
Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudiyono. (Tangkapan Layar Youtube)
Foto: Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudiyono. (Tangkapan Layar Youtube DJPI PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudiyono mengungkapkan investor atau swasta sangat selektif dalam memilih proyek jalan tol, khususnya tol luar Jawa.

Ada beberapa hal yang dilihat investor untuk masuk di proyek jalan tol. Salah satunya masalah kelayakan, termasuk ketika recycling asset ditawarkan.

"Dikotominya jangan dibahas antara Jawa dan luar Jawa. Karena pada akhirnya aset atau proyek dipengaruhi tingkat kelayakan. Itu yang biasanya menjadi kriteria utama para pelaku badan usaha untuk mau investasi di proyek tersebut," ujar Kris dalam webinar tentang "Inovasi Pembiayaan Sirkuler Untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan Dan Jembatan" pada Kamis (20/10/2022).

Melihat hal tersebut, ujar dia, ada dua isu utama yang harus diselesaikan ke depan. Pertama, masalah underlying asset yang akan di-recycle. Menurutnya, hal itu tentu memiliki status kepemilikan untuk digulirkan ke pembangunan infrastruktur yang lain.

"Ini harus dikelola dengan baik karena pembangunan infrastruktur keputusan politik. Tentu tata kelolanya juga harus menjamin dan bisa dipertangungjawabkan ke publik dengan baik. Kita menengarai kalau proses tata kelola ini tidak di-manage dengan baik, ini di fenomena bisnis kita sebut kolaboratif inersia, kelembaman berkolaborasi, kadang mau, kadang enggak, ada rasa takut," jelasnya.

Selain itu, aspek kedua yang nantinya harus dikelola dengan baik jika recycle terus digulirkan antara balancing dengan valuation pricing yang akan ditawarkan ke investor. Karena, ujar Kris, investor memilki apetite yang beda. Ada yang mau ambil risiko dari awal perencanaan dan ada yang mau setelah pembangunan selesai.

"Kalau valuation dan derisking tidak balance, akhirnya yang terjadi aset infrastruktur tersebut terkomoditisasi menjadi komoditi. Kalau jadi komoditi jadi berbahaya karena infrastruktur itu adalah public good yang dibutuhkan semua masyarakat, kalau jadi commodity pricing jadi gak karuan, itu yang harus kita manage terlepas di jawa, luar jawa," terangnya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Daftar Proyek Tol Terbaru di RI, Lewat Rumah Anda Nggak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular