
Ada Huru-hara OPEC+ dan Perang, Sri Mulyani: Pelik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan yang akan ditempuh pemerintah akan semakin pelik di tengah situasi global saat ini. Meski perekonomian Indonesia pada 2020 dan 2023 diprediksi tumbuh di atas 5%, namun tekanan global tetap terasa,
"Meskipun situasi saat ini, negara emerging market (berkembang), seperti Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko dalam relatif cukup baik, namun bukan berarti terpengaruh di tengah kondisi yang sedang bergejolak," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam seminar nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).
Faktor eksternal yang dimaksud adalah berkaitan dengan harga komoditas pangan dan energi global.
Misalnya saja, kata Sri Mulyani harga natural gas, di mana sejak April hingga saat ini, gejolak naik-turunnya sangat tajam "Bisa di atas US$ 9, turun di level US$ 5, dan kemudian naik lagi di US$ 9," ujarnya.
Kemudian, harga batubara yang selama ini bertahan di atas US$ 400 , namun sekarang di bawah relatif menurun, sedikit di bawah US$ 400. "Ini tertinggi dalam sejarah, harga coal di dunia apalagi menjelang winter," jelas Sri Mulyani.
Adapula harga minyak mentah seperti Brent yang sempat menurun dan kini mengalami kenaikan. Hal ini salah satunya terjadi sesudah OPEC+ memutuskan untuk mengurangi produksinya 2 juta barel per hari.
Sri Mulyani bilang, langkah OPEC+ memangkas produksi minyak juga merupakan salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan pelaku kebijakan negara G20, yang menyepakati akan memperburuk inflasi.
"Dampak keputusan OPEC akan semakin meningkatkan harga minyak dan memperburuk inflasi," jelas Sri Mulyani.
Ditambah juga adanya perang Rusia dan Ukraina yang membuat harga komoditas pangan menjadi tak menentu. Hal ini menambah pelik situasi perekonomian saat ini.
"Kondisi perang di Ukraina yang semakin pelik ini juga akan mengancam," kata Sri Mulyani.
Akibat perang Rusia versus Ukraina, harga kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan tajam, namun saat ini mulai naik lagi.
Gandum atau wheat, kata Sri Mulyani juga mengalami hal yang sama. "Wheat juga menurun semenjak terjadinya arus perdagangan untuk bisa ekspor wheat dari Ukraina."
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Terancam Resesi Berjamaah di 2023, Nasib RI Gimana?