Internasional

Sorry Biden, Arab Saudi Merapat ke Aliansi Dagang Rusia Cs

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
19 October 2022 14:20
Russia's President Vladimir Putin and Saudi Arabia's Crown Prince Mohammed bin Salman are seen during the G20 summit in Buenos Aires, Argentina November 30, 2018. REUTERS/Marcos Brindicci     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman terlihat selama KTT G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Marcos Brindicci

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi dilaporkan memiliki ketertarikan untuk bergabung dengan aliansi dagang BRICS. Hal ini disampaikan oleh Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) kepada Presiden Afrika Selatan (Afsel), Cyril Ramaphosa.

Dalam kunjungan Ramaphosa ke Saudi, Selasa (18/10/2022), ia mengatakan MBS telah mengangkat diskusi ini. Ia juga menegaskan Saudi bukan negara satu-satunya yang ingin bergabung dengan aliansi itu

"Putra mahkota memang mengungkapkan keinginan Arab Saudi untuk menjadi bagian dari BRICS, dan mereka bukan satu-satunya negara," kata Ramaphosa seperti dilansir Russia Today.

Kelompok itu, yang dinamai berdasarkan negara-negara anggota Brasil, Rusia, India, China, dan Afsel, dijadwalkan bertemu tahun depan di Johannesburg untuk pertemuan puncak tahunannya.

Prospek ekspansi kemungkinan akan menjadi agenda utama, karena blok tersebut diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menambahkan negara-negara seperti Arab Saudi, Turki, Mesir dan Aljazair.

"Dan sudah, sejumlah negara atau negara telah melakukan pendekatan ke negara-negara anggota lainnya, dan kami telah memberi mereka jawaban yang sama - mengatakan itu akan dibahas oleh mitra BRICS sendiri, lima di antaranya, dan setelah itu sebuah keputusan akan dibuat," tambahnya.

Sebelumnya, selain Saudi dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, Iran dan Argentina juga telah menyatakan intensinya untuk bergabung. Duta Besar Argentina untuk China, Sabino Vaca Narvaja, memprediksi BRICS akan mampu mengalahkan kelompok G7 yang rata-rata diisi negara-negara blok Barat.

Pertemuan antara Saudi-Afsel ini sendiri terjadi di tengah pertikaian antara Riyadh dan Amerika Serikat (AS) atas keputusan OPEC untuk memangkas kuota produksi sebesar 2 juta barel per hari. Presiden AS mengancam Arab Saudi dengan "konsekuensi" yang tidak ditentukan dan menuduh sekutu lama itu berpihak pada Rusia dalam krisis Ukraina.

Bahkan, anggota parlemen AS telah menyerukan untuk memutuskan kerja sama dengan Arab Saudi. Ini termasuk menghentikan penjualan senjata dan juga menarik dukungan militer.

Di sisi lain, anggota BRICS dilaporkan mengembangkan mata uang cadangan global baru dan berpaling dari dolar AS. Arab Saudi bahkan disebut tengah mempertimbangkan untuk menjual minyak mentah dalam yuan China.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Amerika, Ini 3 Bukti Arab Sering 'Selingkuh' ke China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular