
Simak 5 Isu Penting Soal Nasib Harga Minyak di 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan ada lima isu penting terkait nasib pasar minyak pada 2023.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut, salah satu isu penting yang akan dihadapi industri hulu migas pada tahun depan yaitu pemangkasan produksi minyak dari negara-negara pengekspor minyak plus (OPEC+) serta ancaman lonjakan inflasi yang mengancam perekonomian dan berujung pada permintaan minyak.
Dwi menjelaskan, pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ sebesar 2 juta barel per hari (bph) akan berdampak pada harga minyak yang masih ditahan pada angka tinggi. Meski demikian, adanya ancaman resesi global, diperkirakan juga akan membuat harga minyak terpicu turun.
"Inflasi tinggi juga mengancam ekonomi, orang-orang mengerem investasi. Permintaan migas akan menurun, sehingga bisa berdampak pada harga juga ikut turun. Harga turun, OPEC kurangi produksi, harga naik lagi," ungkapnya saat konferensi pers, Senin (17/10/2022).
Isu kedua, lanjutnya, yaitu peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat. Menurutnya, produksi minyak AS berperan untuk mengimbangi pemangkasan produksi dari negara-negara OPEC+.
"Ketiga, permintaan China juga ikut memengaruhi pasar minyak di 2023. Permintaan minyak di China juga masih tertahan akibat pandemi Covid-19. Tapi mungkin ketika pandemi selesai, permintaan minyak China akan membesar," tuturnya.
Lalu, isu keempat yaitu terkait berapa besar ekspor minyak Rusia. Dan isu terakhir yaitu terkait intervensi pemerintah, seperti bagaimana reaksi Rusia, cadangan minyak, pembatasan harga (price cap), sanksi maritim, hingga pembahasan nuklir Iran dan Amerika Serikat.
"Ini semua penuh dinamika, penuh informasi. Memang sulit memprediksi. Ada beberapa skenario kita di angka US$ 90 per barel di 2023, boleh jadi akan turun bila ada pelemahan ekonomi," ungkapnya.
Berdasarkan data dari IHS Markit yang dipaparkannya, harga minyak pada skenario dasar (base case) pada 2023 diperkirakan berada di posisi US$ 97 per barel, turun dari asumsi harga pada 2022 US$ 105 per barel.
Namun, bila suplai minyak dunia dipangkas, maka harga minyak diperkirakan mencapai US$ 135 per barel pada 2023 dari US$ 114 per barel pada 2022. Bila suplai minyak berlebih, maka harga minyak pada 2023 diperkirakan turun menjadi US$ 73 per barel dari asumsi pada 2022 sebesar US$ 97 per barel.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak RI Makin Anjlok di Semester I 2023