Ada 'Hantu' Ancam Ekonomi Global, Bahlil Kasih Kabar Baik
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kondisi ekonomi global tahun depan dihantui ketidakpastian. Namun dia tetap yakin target realisasi investasi 2023 sebesar Rp 1.400 triliun masih bisa tercapai.
"Saya masih optimis meskipun gelap ya, 2023 itu gelap tapi saya harus optimis," kata Bahlil usai acara Anugerah Layanan Investasi 2022, Rabu (12/10/2022).
Dia menambahkan, setidaknya saat ini ada 28 negara yang sudah menjadi 'pasien' IMF, yang bukan hanya negara berkembang.
"Tidak hanya negara berkembang tapi juga mungkin juga negara bukan berkembang bisa kena," katanya.
Kondisi ini disebabkan rentetan dampak permasalahan global. Seperti perang dagang yang terjadi pada 2017-2019 antara China dan Amerika Serikat, pandemi Covid-19, hingga pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina. Perang kemudian memicu krisis pangan dan energi.
"Ibarat daya tahan tubuh sudah lemah, ditambah lagi pukulan tentang Rusia dan Ukraina," katanya.
Di sisi lain, Bahlil mengaku, tetap akan melakukan efisiensi karena anggaran Kementerian Investasi/BKPM untuk tahun 2023 dipangkas menjadi Rp 1,09 triliun dari tahun 2022 sebesar Rp 1,3 triliun.
"Kami dapat memahami kondisi dunia dan Indonesia saat ini harus efisien dan hati-hati. Anggaran kami di kementerian turun dibandingkan 2022, tapi target kita Rp 1.400 triliun. Saya sebagai mantan pengusaha yang berjuang, optimisme tetap jadi rujukan. Penyesuaian program akan kita lakukan untuk efisiensi, tapi tidak sebaik mengatur program seperti 2022 karena keterbatasan anggaran," kata Bahlil.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, resesi tahun 2023 akan menjadi momok perekonomian Indonesia. Meski, dia mengaku yakin dampaknya tidak akan terlalu besar bagi Indonesia.
"Kalau saya confident, karena pak Presiden sangat hati-hati dalam membuat policy-nya, sudah terbukti pada saat Covid-19. Saya pikir kita punya resource banyak, pasarnya juga baik. Insyaallah daya dukung populasi yang banyak ini membuat kita bisa mempertahankan diri dalam resesi (global)," katanya.
(dce)