Dunia Dalam Bahaya! Orang Akan Alami Krisis Biaya Hidup

haa, CNBC Indonesia
12 October 2022 07:55
‘Kiamat’  Ini Hantam Malaysia, Australia, AS & Kanada, Kenapa?
Foto: Infografis/‘Kiamat’ Ini Hantam Malaysia, Australia, AS & Kanada, Kenapa?/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi hanya akan tumbuh sebesar 2,7% tahun depan.

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi IMF pada Juli 2022 lalu, sebesar 2,9%. IMF melihat bencana perang Ukraina dan Rusia membuat prospek ekonomi dunia semakin berat.

Namun, di sisi lain, IMF mengungkapkan krisis biaya hidup semakin persisten dan meluas. Hal ini bisa memicu tantangan inflasi yang lebih tinggi ke depannya.

"Risiko penurunan prospek tetap tinggi, sementara pertukaran kebijakan untuk mengatasi krisis biaya hidup menjadi lebih menantang," ujar Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, dalam paparannya, Selasa malam (11/10/2022).

Dia menilai kenaikan harga menjadi ancaman paling mendesak bagi kemakmuran banyak negara di dunia baik saat ini dan masa yang akan datang. Bahkan, krisis biaya hidup dapat menekan pendapatan riil dan merusak stabilitas makroekonomi.

Krisis biaya hidup ini, kata Gourinchas, harus ditangani dengan kebijakan dari bank sentral.

"Bank sentral sekarang fokus pada pemulihan stabilitas harga, dan laju pengetatan telah meningkat tajam," sambungnya.

Namun, dia mengingatkan ada risiko pengetatan yang terlalu lemah dan terlalu kuat. Pengetatan yang lemah justru semakin memperkuat inflasi, mengikis kredibilitas bank sentral, dan membuat ekspektasi inflasi tak terkendali.

"Seperti yang diajarkan sejarah kepada kita, ini hanya akan meningkatkan biaya untuk mengendalikan inflasi," kata Gourinchas.

Sementara itu, pengetatan moneter yang agresif bisa memicu ekonomi global masuk ke resesi parah.

"Pasar keuangan mungkin juga berjuang dengan pengetatan (moneter) yang terlalu cepat. Namun, biaya dari kesalahan kebijakan ini tidak simetris. Kredibilitas bank sentral yang diperoleh dengan susah payah dapat dirusak," paparnya.

Pada akhirnya, langkah agresif bank sentral ini hanya akan merusak stabilitas makroekonomi.

IMF memandang kebijakan keuangan harus memastikan bahwa pasar tetap stabil.

"Namun, bank sentral tetap perlu berpegang teguh pada kebijakan moneter yang secara tegas berfokus pada penjinakan inflasi," pungkasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Negara Bangkrut & Jadi Pasien IMF, Sri Mulyani Was-was

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular