Internasional

Warga Prancis Antre Berjam-jam di SPBU, Ini Biang Keroknya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 11/10/2022 15:40 WIB
Foto: Kendaraan mengantre untuk mengisi tangki bahan bakar mereka di sebuah pompa bensin di Nice, Prancis, (10/10/2022). (REUTERS/ERIC GAILLARD)

Jakarta, CNBC Indonesia - Antrean kendaraan di depan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di Prancis makin mengular. Hal ini bahkan membuat warga mulai bertindak anarkis.

Di Haute-Savoie di Tenggara, media Prancis melaporkan bahwa seorang pria berusia 30-an masih dirawat di rumah sakit setelah berulang kali ditikam. Pelaku yang merupakan pengemudi lain menuduhnya menyalip dalam antrian SPBU

"Pelaku itu telah ditangkap dan penyelidikan sedang dilakukan," ujar laporan media Inggris The Guardian, Selasa (11/10/2022).


Antrean panjang juga terjadi di wilayah Ile-de-France yang mengelilingi sekitar ibu kota Paris. Di wilayah itu, pengendara bahkan ada yang mengantri hingga 2 jam untuk memperoleh bensin.

Panjangnya antrean ini disebabkan karena pemogokan pegawai kilang minyak yang memprotes kenaikan gaji. Ini juga dipengaruhi oleh tingginya pendapatan perusahaan minyak yang diuntungkan lonjakan harga akibat perang Rusia-Ukraina.

Karyawan di grup energi Prancis, TotalEnergies, berharap ada kenaikan gaji 10% setelah lonjakan harga energi menghasilkan keuntungan besar yang memungkinkan perusahaan membayar dividen sekitar 8 miliar euro.

Karena hal ini, tiga kilang Total diblokir, termasuk yang terbesar di Normandia. Selain itu, depot bahan bakar di wilayah Flanders di utara juga ditutup. Menurut Reuters, pemogokan itu itu telah mengurangi total produksi kilang Prancis lebih dari 60%.

Pada hari Minggu, TotalEnergies meminta agar negosiasi upah tahunan dimajukan sehingga dapat dimulai bulan ini. Ini dengan syarat pemogokan kerja berhenti.

"TotalEnergies meminta semua orang untuk bertindak secara bertanggung jawab sehingga perusahaan dapat memasok orang-orang Prancis dalam kondisi terbaik", kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

CEO TotalEnergies Patrick Pouyanné pekan lalu mengatakan "waktunya telah tiba untuk memberi penghargaan" kepada pekerja, tetapi tidak ada tanggal mulai untuk negosiasi gaji yang telah ditetapkan.

Sementara itu, serikat pekerja CGT mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa aksi pemogokan industri akan berlanjut. Namun mereka tetap terbuka untuk negosiasi segera setelah Senin.

"Jika kami memulai pembicaraan, itu akan didasarkan pada tuntutan kami: kenaikan gaji 10% ... berlaku surut untuk tahun 2022," Eric Sellini, koordinator CGT, mengatakan.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Buruh Ancam Mogok Massal Jika Pemerintah Diam Soal Impor Ilegal