Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pengembang apartemen yang menahan pembangunan karena fenomena oversupply kamar di pasar saat ini. Akibatnya, sektor industri turunannya pun ikut terdampak, yakni tidak bisa terserap secara maksimal.
Padahal, industri properti menjadi pendorong 175 industri turunan dengan estimasi tenaga kerja sebanyak 30 juta orang.
Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan bahwa efek terhadap industri turunan bukan hanya berasal dari apartemen, melainkan dari industri properti secara keseluruhan, misalnya dari gedung dan perkantoran.
"Memang kalau suplai sudah melambat akan ada dampak, karena properti selalu dibilang penggerak. Kalau ini bergerak, properti di bawahnya ikut gerak. Cuma kalau sekarang masalahnya secara makro Industri properti lagi sulit untuk bergerak," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (7/10/22).
Salah satu penyebab sulitnya industri properti termasuk apartemen untuk tumbuh adalah karena serapan atau kemampuan dari daya beli masyarakat yang stagnan. Di tengah ancaman resesi dan krisis global, masyarakat lebih senang membelanjakan uangnya untuk kebutuhan pokok.
"Secara serapan kemampuan daya beli masyarakat memang berkurang, atau prioritas masyarakat yang punya duit pun mereka prioritasnya beli atau gak, karena sekarang ini dalam kondisi cash is king," ujar Ferry.
Berdasarkan data, Colliers memperkirakan penjualan tahun ini tidak akan melampaui penjualan tahun 2021. Suramnya proyek di tahun ini membuat pengembang lebih memilih menunggu.
"Kita lihat suplai 2022 di awal tahun dengan suplai sekarang itu sudah terjadi pengurangan signifikan. Artinya selama proyek-proyek ini masih tahap awal dari pembangunan, masih ada kemungkinan mereka menunda sampai melihat kondisi benar-benar baik," kata Ferry.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Hotel Tertekan, Apartemen & Homestay "Ngamuk"