
Resor Ski di Selandia Baru Terancam Hilang Gara-gara Ini
Perubahan iklim mengancam bisnis resor ski terkenal di Selandia Baru.

Pemain ski memanfaatkan salju yang sangat sedikit di lapangan ski Tūroa, di Mt Ruapehu, Selandia Baru. Perubahan iklim, kekeringan, kerusakan keanekaragaman hayati, terus berdampak pada bisnis global. (AP Photo/Nick Perry)

Lokasi Ski Tūroa Selandia Baru yang biasanya surga wisata untuk bermain salju ini terpaksa ditutup lebih cepat dari jadwal karena perubahan iklim, setelah Selandia Baru mengalami musim dingin terhangat dalam tiga tahun berturut-turut. (AP Photo/Nick Perry)

Dilansir dari Associated Press, Musim salju yang membawa bencana datang setelah dua musim sebelumnya ditimpa wabah COVID-19, membuat Tūroa dan saudaranya area ski Whakapapa di ambang kebangkrutan. Sam Yates, 21 tahun, yang dulu mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai instruktur ski di Tūroa tahun ini. Tapi dia memperkirakan dia hanya berhasil mengajari orang-orang hanya 12 orang karena sering adanya penutupan gunung. (AP Photo/Nick Perry)

Manajer area ski Tūroa Johan Bergman mengatakan musim ini sulit. “Kami memiliki hujan salju yang cukup baik, tetapi biasanya diikuti oleh hujan deras, yang menghanyutkan banyak salju,” katanya. “Dan musim dingin ini juga sedikit hangat, di seluruh negeri, jadi kami benar-benar kehabisan salju tahun ini.” (AP Photo/Nick Perry)

Perubahan iklim membuat pengelola resor bingung akan masa depan ski dan seluncur salju. Olahraga telah lama menjadi aspek pariwisata penting dalam mendatangkan turis asing ke Selandia Baru dan merupakan bagian dari identitas bangsa sebagai tujuan petualangan alam terbuka. (AP Photo/Nick Perry)

Musim yang buruk memberikan tekanan keuangan yang parah pada Ruapehu Alpine Lifts, perusahaan yang memiliki kedua area ski. Didirikan 70 tahun yang lalu oleh penggemar ski, perusahaan ini beroperasi sebagai organisasi nirlaba. Itu dibebaskan dari membayar pajak perusahaan dan diharuskan untuk mengembalikan keuntungan apa pun untuk meningkatkan area ski. Tahun lalu, perusahaan kehilangan hampir NZ$6 juta ($3,4 juta) dan total utangnya melonjak menjadi lebih dari NZ$30 juta. Perusahaan telah mencari investor baru yang besar, sejauh ini tidak berhasil. (AP Photo/Nick Perry)

Perubahan lingkungan dunia akan terus menambah biaya operasi perusahaan, mengganggu pemasaran produk, ketersediaan bahan baku dan bahkan bisa merusak reputasi bisnis perusahaan. (AP Photo/Nick Perry)