Cek Daftar Negara yang Akan Ketiban Resesi di 2023, Ada RI?

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
07 October 2022 07:45
Keterangan Pers Presiden Joko Widodo, Istana Bogor, 2 Oktober 2022. (Tangkapan Layar Youtube) Foto: Keterangan Pers Presiden Joko Widodo, Istana Bogor, 2 Oktober 2022. (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia memperingatkan ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, ekonomi globak akan bergerak menuju resesi pada tahun 2023.

Tidak hanya itu, Bank Dunia atau World Bank melihat ancaman serangkaian krisis keuangan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang.

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi. Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," kata Presiden Grup Bank Dunia David MalpassĀ rilis pertengahan bulan lalu, yang dikutip Jumat (7/10/2022).

Beberapa indikator historis resesi global sudah memberikan peringatan, lanjut Malpass. Perekonomian global saat ini mengalami perlambatan paling tajam menyusul pemulihan pasca-resesi sejak 1970.

Laporan dari Nomura Holdings Inc pada pertengahan tahun ini telah membeberkan sejumalh negara yang akan masuk ke jurang resesi pada 2023 akibat pengetatan kebijakan suku bunga dan kenaikan biaya hidup.

Nomura mengungkapkan negara tersebut a.l. zona Euro, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Australia dan Amerika Serikat. Negara-negara ini merupakan anggoota G20 atau G7.

Rob Subbaraman, Head of Global Market Research Nomura Holdings Inc, memperkirakan ekonomi AS akan mengalami resesi dangkal, tetapi durasinya cukup panjang.

"Kita akan melihat ini bertahan selama 5 kuartal," katanya, dikutip dari CNBC Internasional.

Dalam catatan penelitiannya, Nomura menggarisbawahi beberapa ekonomi menengah - termasuk Australia, Kanada, dan Korea Selatan - yang akan mengalami ledakan perumahan yang didorong oleh utang. Negara-negara ini berisiko mengalami resesi yang lebih dalam dari perkiraan jika kenaikan suku bunga memicu kegagalan perumahan dan deleveraging.

"Yang aneh adalah China, yang pulih dari resesi karena ekonomi dibuka di tengah kebijakan akomodatif, meskipun berisiko penguncian baru dan resesi lain, selama Beijing tetap pada strategi nol-Covid," kata Nomua dalam catatan itu.

Menurut Subbaraman, jika bank sentral tidak memperketat kebijakan moneter untuk menurunkan inflasi sekarang, rasa sakit bagi perekonomian karena berpindah ke rezim inflasi tinggi. Alhasil, banyak negara bisa terjebak di sana.

Ini akan menyebabkan spiral harga upah, yang akan bahkan lebih menyakitkan bagi ekonomi.

"Menurunkan inflasi lebih baik bagi ekonomi dunia dan masyarakat daripada benar-benar membiarkan inflasi lepas kendali seperti yang kita pelajari di tahun 1970-an."

Di sisi lain, perusahaan keuangan Amerika Serikat, Bloomberg, merilis 15 negara yang berpotensi mengalami resesi pada Juli 2022. Negara-negara tersebut a.l.
Sri Lanka, Selandia Baru, China, Korea Selatan, Malaysia, Australia, Filipina, Indonesia dan India.

Nasib Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membenarkan bahwa dunia saat ini menghadapi ancaman besar, di mana tidak semua negara bisa bertahan dalam menghadapi ancaman tersebut.

Dalam menghadapi ancaman besar ini kemampuan dari setiap negara itu berbeda-beda, ada negara yang mampu bertahan dan memiliki resiliensi yang tinggi," kata Jokowi.

"Tapi banyak juga negara yang terancam jadi negara gagal yang berdampak pada jutaan warganya serta memperlebar ketidakseimbangan ekonomi global," jelasnya dalam Sidang The 8th G20 Parliamentary Speakers Summit, Jakarta, dikutip Jumat (7/10/2022).

Indonesia sendiri, menurut Jokowi, masih cukup baik. Saat situasi dunia yang makin gelap, investasi berbondong-bondong masuk ke tanah air.

"Meskipun dunia pada posisi krisis finansial, tapi Indonesia masih dipercaya untuk investasi perusahaan-perusahaan dunia. Karena stabilitas ekonomi yang baik di negara kita," paparnya.

Perekonomian Indonesia diperkirakan masih bisa tumbuh positif tahun ini dan 2023. Namun, Jokowi tetap meminta semua pihak waspada dan menginginkan jajarannya menyiapkan antisipasi.

Ekonom senior Chatib Basri meyakini Indonesia tidak akan sampai resesi pada tahun depan. Dia melihat ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh sedikit di bawah 5%. "Tahun ini kita bisa tumbuh di 5,2%, tahun depan mungkin sekitar 4%," ujarnya.

Dampak guncangan global terhadap ekspor Indonesia, lanjutnya, tidak akan besar. Pasalnya, kontribusi ekspor Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi hanya menyumbang 25%, kecil dibandingkan dengan Singapura yang memiliki share ekspor terhadap pertumbuhan ekonominya mencapai 200%.

Alhasil, ekonomi Indonesia hanya akan mengalami perlambatan.

"Ini gara-gara share ekspor ke GDP cuma 25%, ya efeknya 25%. Itu yang menyebabkan dampaknya slowdown, tapi tidak resesi. Makanya somehow, kita butuh domestic demand kalau ekonomi global kena," ujar Chatib.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Bank Dunia Sebut Resesi Global Mengancam, Ini Biang Keroknya!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading