Ramai Warga Rusia Kabur dari Putin: Emoh Perang, Gak Mau Mati
Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang warga Rusia yang lari dari negaranya masih terus terjadi. Ini diakibatkan oleh perintah mobilisasi parsial yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin yang menempatkan sebagian warga menjadi 'komponen cadangan militer' di perang dengan Ukraina.
Beberapa negara pun menjadi pilihan untuk pelarian seperti Kazakhstan dan Georgia. Per 4 Oktober, Kazakhstan bahkan telah menerima 200 ribu warga Rusia yang lari mengungsi.
Pada 23 September, antrean yang menunggu untuk keluar dari Rusia ke Georgia melalui pos pemeriksaan Verkhny Lars sudah beberapa kilometer panjangnya. Mereka yang tiba di perbatasan dengan berjalan kaki melaporkan bahwa banyak mobil yang mereka lewati membawa keluarga dengan anak kecil.
"Sulit untuk bernapas karena semua knalpot dari mobil. Tapi lebih baik menghabiskan satu atau dua hari yang tidak menyenangkan menunggu untuk menyeberangi perbatasan daripada berakhir di parit di Donbass," ujar salah seorang wartawan yang juga mengungsi bernama Dmitry kepada Newsweek, Kamis (6/10/2022).
Ketika Dmitry tiba di Rusia Selatan, ia sempat membeli sepeda sebelum mencapai perbatasan. Ini dilakukan agar ketika taksi yang ditumpanginya terkena antrean panjang, ia bisa menyalip beberapa kendaraan dan tiba dengan lebih cepat.
"Saya tidak memiliki pengalaman militer, dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak membawa orang-orang seperti saya pada saat ini, tetapi kebijakan itu selalu dapat berubah secara tiba-tiba. Saya tidak ingin menunggu sampai itu berubah," ujarnya.
Lembaga Emigrasi untuk Aksi mengatakan bahwa tak hanya takut akan wajib militer, sebagian juga khawatir akan tindakan pemerintah yang dapat berujung pada kematian. Rata-rata, hal ini menjadi momok bagi aktivis, jurnalis, dan juga kelompok oposisi.
"Banyak dari mereka tidak ingin mati dan juga tidak ingin membunuh," papar Katerina Kiltau yang mewakili lembaga itu.
Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada dua pekan lalu. Dalam merealisasikan perintah itu, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengatakan akan memanggil 300.000 pria yang masuk dalam kategori wajib militer sebagai tentara cadangan.
Pernyataan baru Putin ini datang ketika pemberitaan beberapa media menyebut kemenangan Ukraina atas Rusia. Sejumlah wilayah yang telah diduduki pasukan Kremlin di Timur dan Selatan, kini direbut lagi oleh Kyiv.
Moskow sendiri telah mengadakan referendum di wilayah itu. Pro Rusia mengklaim menang dengan suara telak.
Sementara itu, beberapa propagandis pro Kremlin menyatakan bahwa wajib militer harus dipenuhi. Salah seorang figur penyokong rezim Putin terkemuka, Vladimir Solovyov, bahkan meminta warga yang tak mau ikut perintah agar dibunuh.
(sef/sef)