Ini Dia Jurus Pengusaha RI Kebal Resesi! Kurangi Makan Gandum

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
06 October 2022 13:45
Resesi Mengancam, Pengusaha Minta Pemerintah Fokus Jaga Daya Beli (CNBC Indonesia TV)
Foto: Resesi Mengancam, Pengusaha Minta Pemerintah Fokus Jaga Daya Beli (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengusulkan, Indonesia menghentikan atau mengurangi konsumsi gandum. Dengan demikian, katanya, bisa mendorong upaya penciptaan lapangan kerja baru di dalam negeri, yang akhirnya menolong RI kebal hadapi resesi.

Hariyadi mengatakan, berbagai skenario bisa dilakukan jika resesi terjadi. Yang utama, ujarnya, menjaga konsumsi rumah tangga tetap berjalan. Sebab, hingga 60% perekonomian Indonesia masih berasal dari konsumsi rumah tangga.

Di sisi lain, dia menambahkan, optimisme tetap harus dijaga.

"Kalau menurut pandangan kami, di samping memang harus menjaga harga dan sebagainya, penciptaan lapangan kerja juga harus diupayakan bersama. Pertanyaannya, gimana mau menciptakan lapangan kerja kalau kondisinya resesi? Kami berpikirnya bukan begitu," kata Hariyadi dalam Profit CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022).

"Penciptaan lapangan kerja ini kami prioritaskan pada sektor yang masih bisa ekspor. Misalnya, subtitusi impor," tambahnya.

Karena itu, Hariyadi mengusulkan, agar Indonesia menghentikan atau mengurangi impor gandum. Dan mengganti produk berbasis gandum dengan bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Misalnya, sagu.

"Misalnya, kita coba setop atau kurangi seminimal mungkin gandum. Bisa apa nggak? Ya bisa. Saya kemarin sudah coba makan mi dari bahan baku sagu. Bisa tuh. Yang dulu katanya kekenyalannya nggak tercapai. Kalau gandum ada glutennya. Justru, yang namanya sagu itu gliten free, lebih sehat," kata Hariyadi.

"Sagu kita berlimpah. Kalau kita lakukan itu, akan ada penciptaan lapangan kerja baru. Juga susu masih 80% impor. Kalau bisa dikonversikan dari dalam negeri, bisa menciptakan lapangan kerja baru," ujarnya.

Memacu penciptaan lapangan kerja baru lewat hilirisasi atau substitusi impor, kata dia, harus dilakukan. Untuk itu, penting menjaga agar iklim investasi kondusif.

"Jangan malah diganggu dengan regulasi yang kontraproduktif. Misalnya, mendorong investasi tapi perizinannya, OSS-nya, nggak selesai-selesai. Semua yang ada dalam kekuatan kita mendorong investasi baru harus diperlancar. Kalau ini bisa, Insyaallah kita bisa melewati resesi dengan baik," kata Hariyadi.

Seperti diketahui, Indonesia termasuk sebagai negara pengimpor gandum dunia.

Departemen Pertanian AS (USDA) memproyeksikan, impor gandum Indonesia tahun 2022/2023 bakal naik jadi 11,5 juta ton dari tahun 2021/2022 yang diprediksi mencapai 11,2 juta ton. Gandum merupakan bahan baku tepung terigu yang bisa diolah jadi berbagai macam panganan, seperti mi, roti, biskuit, pasta, dan kudapan lainnya.

Konsumsi tepung terigu di Indonesia pada periode tahun 2020/2021 naik jadi 32 kg per kapit dibandingkan tahun 2019/2020 yang sekitar 31 kg per kapita.

Sementara, data BPS menunjukkan, konsumsi terigu per kapita per September tahun 2015-2019 adalah 0,16 kg, 0,17 kg, 0,20 kg, 0,21 kg, dan 0,20 kg.

Mi instan tercatat 4,07 bungkus, 3,81 bungkus, 3,63 bungkus, 3,76 bungkus, dan 3,47 bungkus ukuran 80 gram per bulan.

Sedangkan mi lain, mengkonsumsi 2,21 porsi, 2,17 pporsi, 2,48 porsi, 2,46 porsi, dan 2,48 porsi per bulan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal konsumsi gandum yang masih impor. Dia pun memerintahkan anak buahnya dan mengajak pengusaha memacu produksi sorgum di dalam negeri.

Yang diharapkan bisa mengatasi ketergantungan impor gandum, di mana berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), impor gandum berkisar 10-11 juta ton per tahun.

Di kuartal-I tahun 2022, pemasok utama gandum ke Indonesia adalah Australia sebanyak 1,09 juta ton (38,8%), Argentina pasok 754 ribuan ton (26,8%), Brasil pasok 483 ribuan ton (17,2%), Kanada sebanyak 280 ribuan ton (10%), dan India 102 ribuan ton (3,6%).

"Substitusi impor barang yang kita impor mau nggak mau harus dihentikan, supaya devisa kita nggak habis bayar impor. Yang kita masih impor itu gandum 11 juta ton. Di Indonesia nggak bisa tanam gandum, nggak bisa. Campurannya gandum, bisa campur kasava, sorgum," kata Jokowi saat memberikan arahan kepada KADIN, Rabu (23/8/2022).


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gandum Effect, Awas Harga Mi Instan 'Beterbangan'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular