
Awas! Tiga Barang Impor Ini Bikin Inflasi Pangan Liar

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi pangan bergejolak atau volatile food akhirnya melandai bulan ini, setelah turun menjadi 8,93% dari posisi 11,47% pada Juli 2022.
Kontributor terbesar dari penurunan inflasi ini adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan harga minyak goreng. Kendati turun, pemerintah masih mewaspadai sejumlah komoditas yang berisiko menaikkan inflasi pangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan beberapa bahan pangan yang tidak diproduksi di dalam negeri menjadi tantangan. Bahan pangan tersebut, yaitu gandum, kedelai dan minyak goreng substitusi, contohnya minyak bunga matahari.
"Kalau dari inflasi volatile food bisa kita stabilkan, beberapa food yang tidak diproduksi dalam negeri, barangkali akan lebih rumit seperti wheat atau gandum, kedelai, dan juga yang terpengaruh oleh luar negeri, seperti minyak goreng," kata Sri Mulyani saat dijumpai di DPR RI, Kamis (1/9/2022).
Dinamika ini, menurutnya, harus diantisipasi. Salah satu strategi yang dikedepankan Sri Mulyani adalah produksi barang di dalam negeri harus dipastikan tetap baik.
"Kita harap bisa diproduksi secara baik dengan harga yang terjangkau dan dengan jumlah yang memadai, sehingga bisa menstabilkan harga," tegas Sri Mulyani.
Sementara itu, dia mengungkapkan Presiden telah meminta kepala daerah, menteri pertanian dan menteri perdagangan untuk melihat keseluruhan faktor-faktor yang menyumbangkan inflasi.
Selain itu, Sri Mulyani memastikan pemerintah menggunakan instrumen-instrumen APBN untuk menangani inflasi, termasuk transfer ke daerah (TKD).
"Jadi, dalam hal ini, Pemda yang mendapatkan dana transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk dana yang tidak terduga itu diminta untuk bisa secara fleksibel untuk bisa menyumbang, meredam pressure-pressure harga," tegasnya.
(haa/haa) Next Article Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, RI Bisa Kena Kiamat Pangan