Biaya Dana Murah, Jadi Kunci Pertumbuhan Perbankan

Dwitya Putra, CNBC Indonesia
05 October 2022 14:29
Ilustrasi Menabung (Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Menabung (Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sangat menentukan untuk perbankan bisa berkembang.

Semakin tinggi dana murah maka potensi pertumbuhan kinerja bank bank akan semakin baik karena biaya dananya akan menjadi rendah. DenganCost of Fund(CoF) rendah, bank bisa lebih bersaing dalam menyalurkan kredit.

Hal tersebut dialami PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) yang tengah fokus memperbaiki kinerja dan fundamental.

Salah satu perbaikan fundamental paling signifikan terlihat pada struktur dana sehingga biaya dana cukup rendah dan likuiditas masih longgar. Berdasarkan laporan keuangan, BTN mencatatkan laba bersih Rp 1,47 triliun pada semester I-2022, meningkat 59,87% dibandingkan semester I-2021 yang tercatat Rp920 miliar. Ini merupakan rekor pencapaian laba tertinggi pada semester pertama sejak BTN berdiri.

Dalam laporan keuangan terungkap pencapaian laba tersebut lebih banyak ditopang oleh kemampuan BTN untuk menekan biaya dana alias cost of fund, di tengah pendapatan bunga yang naik tipis. Beban bunga tercatat turun 27,8% menjadi Rp 4,94 triliun dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 6,84 triliun. Sementara pendapatan bunga hanya naik 1,1% dari Rp 12,53 triliun pada semester I-2021 menjadi Rp12,68 triliun pada semester 1-2022.

Penurunan beban bunga ini disebabkan strategi BTN dalam menghimpun dana murah melalui produk giro dan tabungan (current account saving account/CASA). Tercatat CASA BTN menembus Rp 137,45 triliun meningkat 22,95%. CASA memiliki porsi 45% dari total dana pihak ketiga (DPK) akhir semester I-2022 sebesar Rp307,3 triliun. Porsi ini meningkat signifikan dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat 37,5%.

Sebaliknya, pada semester I-2022 deposito alias dana mahal turun 8,96% menjadi Rp169,85 triliun. Otomatis porsi dana mahal turun dari 62,5% pada semester I-2021 menjadi 55% pada semester I-2022.

Peningkatan porsi CASA berdampak langsung terhadap penurunan cost of fund menjadi 1,22% pada semester I-2022. Ini merupakan cost of fund terendah BTN, setidaknya dalam 12 tahun terakhir.

Uniknya, strategi pengembangan dana murah ini juga tidak membuat likuiditas BTN menjadi ketat. Likuiditas terpantau masih optimal yang tercermin pada loan to deposits ratio (LDR) di level 93,11%. Sejarah mencatat, likuiditas BTN pada tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19, selalu ketat dengan LDR di atas 100%. Misalkan pada akhir 2019 tercatat LDR 113%, sementara pada 2018 dan 2017 masing-masing tercatat 103%.

LDR yang tinggi bahkan sering disebut sebagai "kutukan" bagi BTN. Pasalnya, mayoritas pembiayaan BTN adalah kredit pemilikan rumah yang memiliki tenor sangat panjang hingga 15-20 tahun, yang dibiayai oleh DPK yang memiliki tenor sangat pendek.

Alhasil, BTN rutin menerbitkan obligasi maupun melakukan sekuritisasi aset untuk mencari likuiditas tambahan dan mendukung pertumbuhan kredit. Namun, sejak BTN dipimpin oleh Direktur Utama Haru Koesmahargyo, mitos likuiditas tinggi BTN terpatahkan. BTN mampu melonggarkan likuiditas sekaligus menurunkan cost of fund.

Analis fundamental Kanaka Hita Solvera (KHS) Raditya Pradana mengatakan perbaikan fundamental BBTN, terutama di cost of fund, menjadi kabar baik bagi investor yang sudah lama menantikan rights issue.

Dengan biaya dana lebih rendah, BTN akan semakin kompetitif dalam menjalankan perannya sebagai agen pemerintah dalam menyediakan KPR untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini akan menjadi katalis positif dan bisa menjadi pertimbangan untuk melakukan akumulasi.

"Right Issue BBTN menarik, karena bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perseroan dalam menyalurkan kredit perumahan guna mendukung Program Perumahan Nasional. Kami proyeksikan harga wajar BBTN saat ini berkisar pada level 2.200," kata Raditya belum lama ini

Dengan mengacu ke nilai buku (book vaue), Raditya meniai harga BBTN saat ini masih sangat menarik untuk melakukan akumulasi. "Setelah mengakumulasi saham induk, selanjutnya investor ritel perlu mengkalkulasi nilai teoretisnya terlebih dahulu agar dapat mengetahui undervalued atau overvalued," katanya.

Perkuat DPK, BTN Agresif Pasarkan Tabungan Bisnis

BTN diharapkan lebih atraktif dalam menghimpun dana masyarakat. Target utama tentunya adalah nasabah KPR yang diharapkan juga menggunakan BTN untuk menabung maupun bertransaksi. Selain itu, masih ada kue besar dari dana korporasi dan nasabah besar. Kunci dari menggaet tentunya layanan harus setara dengan bank besar lainnya.

Untuk memperkuat DPK dan memperbesar porsi CASA. BTN gencar gencar memasarkan produk terbarunya yaitu Tabungan BTN Bisnis dengan menggelar roadshow ke sejumlah kota besar. Produk ini diperuntukan bagi para pebisnis khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Direktur Distribution & Funding Bank BTN, Jasmin mengatakan road show ini merupakan upaya Bank BTN mengenalkan Tabungan BTN Bisnis ke sentra bisnis di berbagai daerah dengan menyasar pelaku usaha, dari berbagai segmen dan sektor usaha, baik yang berada di industri hulu maupun hilir khususnya UMKM.

"Dengan road show Tabungan BTN Bisnis ini diharapkan respon UMKM di Ibu Kota Jawa Timur ini akan lebih meningkat, kemudian ada gerai-gerai UMKM yang kita fasilitasi," ujarnya.

Sebelumnya Bank BTN, juga telah melakukan road show Tabungan BTN Bisnis di berbagai daerah seperti Tanah Abang-Jakarta, Singkawang, Semarang dan Medan serta akan menyusul daerah berikutnya antara lain Kota Bandung.

Menurut Jasmin, Tabungan BTN Bisnis menjadi salah satu solusi bagi para pelaku usaha yang akan mempermudah transaksi bisnisnya karena memiliki beragam fitur pendukung diantaranya limitasi transaksi yang tinggi untuk transfer.

Selain itu, Tabungan BTN Bisnis juga menawarkan fitur yang dapat memudahkan pemantauan dan pencatatan pembukuan transaksi.

"Tabungan BTN Bisnis ini memberikan kemudahan transaksi kepada segmen pebisnis seperti SME, perdagangan, properti dan lain-lain, baik secara individu maupun secara institusi," urainya.

Sebagai informasi, saat ini BTN sedang memproses aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan jumlah maksimal 4,6 miliar saham dengan target dana Rp4,13 triliun.

Hasil rights issue ini akan akan meningkatkan kemampuan BTN dalam rangka mendukung Program Perumahan Nasional, khususnya Program Pemerintah Sejuta Rumah, serta peruntukan lainnya yang mendukung pertumbuhan bisnis.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terbongkar! Ini Alasan Orang RI Mendadak Doyan Nabung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular