Resesi 2023 di Depan Mata, Manufaktur RI Tetap 'Ngegas' Terus

haa, CNBC Indonesia
05 October 2022 16:15
SMI lantik kepala BKF dan Dirut LMAN. (Dok: Kemenkeu)
Foto: SMI lantik kepala BKF dan Dirut LMAN. (Dok: Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor manufaktur Indonesia tetap konsisten berada pada zona ekspansi selama tiga belas bulan berturut-turut meskipun kondisi global dibayangi resesi yang diperkirakan terjadi mulai tahun depan.

Terbukti, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali meningkat signifikan di bulan September ke level 53,7 dibanding bulan Agustus sebesar 51,7.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan ekspansi manufaktur yang meningkat menunjukkan terus menguatnya permintaan dalam negeri dan ekspor. Hal ini tentunya layak diapresiasi karena terjadi di tengah risiko global yang masih eskalatif.

"Kebijakan Pemerintah untuk yang menyerap risiko global (shock absorber) terbukti efektif untuk menjaga momentum penguatan pemulihan ekonomi nasional," ujar Febrio, Rabu (5/10/2022).

Tren penguatan PMI juga dialami beberapa negara Asean, seperti Thailand 55,7 dibandingkan posisi 53,7 pada Agustus dan Filipina 52,9 dari 51,2.

Sementara itu, PMI manufaktur China kembali mengalami kontraksi ke 48,1 dibandingkan 49,5 pada Agustus 2022.

Terus menguatnya aktivitas sektor manufaktur sejalan dengan menurunnya tekanan harga input dalam dua tahun terakhir.

Secara keseluruhan, sentimen bisnis di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif didukung oleh ekspektasi pemulihan yang semakin kuat dan berkelanjutan pada sisi permintaan.

"Optimalisasi APBN sebagai shock absorber di tahun ini dan tahun depan diharapakan akan terus dapat menjaga tren positif permintaan masyarakat untuk mendukung optimisme di sektor usaha," tegas Febrio.

Laura Denman, Ekonom di S&P Global Market Intelligence, mengungkapkan data survei terbaru konsisten dengan peningkatan kesehatan manufaktur Indonesia sejak Januari lalu.

"Kondisi permintaan yang lebih kuat membantu untuk mendorong peningkatan pesanan baru yang paling tajam dalam hampir setahun ini," kata Laura.

Laura menambahkan peningkatan permintaan juga memengaruhi aktivitas pembelian, yang meningkat pada kecepatan paling tajam dalam delapan bulan.

Perbaikan permintaan juga mendorong peningkatan yang lebih kuat dalam produksi, serta lapangan pekerjaan. Di sisi lain, IHS Markit melihat adanya pelunakan dari tekanan inflasi.

"Biaya input dan harga jual inflasi masing-masing berkurang ke posisi terendah 20 dan 15 bulan," ungkap Laura.

Meskipun perusahaan manufaktur Indonesia umumnya yakin bahwa output akan meningkat selama tahun depan, IHS Markit tetap melihat tingkat sentimen positif turun ke terendah tiga bulan dan tetap di bawah tren sejarah.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Melemah, Gimana Nih Nasib Industri RI?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular