Hati-Hati Ancaman Bom Waktu Kelistrikan RI, Bisa 'Meledak'

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
03 October 2022 13:10
Melihat Gardu Induk 150kV Kendari. CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini tengah menghadapi ancaman yang serius, dan bisa menjadi "bom" waktu yang bisa "meledak" kapan pun. Ancaman yang dimaksud di sini yaitu masalah kelebihan pasokan (over supply) listrik.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sempat mengungkapkan bahwa kelebihan pasokan listrik RI hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 6.000 Mega Watt (MW) atau 6 Giga Watt (GW).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov bahkan mengungkapkan rata-rata kelebihan pasokan listrik PLN dalam satu dekade terakhir mencapai 25%. Kondisi ini pun diperkirakan masih akan terjadi hingga 10 tahun mendatang.

Abra menyebutkan, pada 2021 misalnya, dari kapasitas terpasang listrik 349 ribu Giga Watt hour (GWh), energi yang terjual hanya 257 ribu GWh, artinya ada selisih 26,35% listrik yang tidak dimanfaatkan.

Dari kelebihan pasokan listrik 26,35% itu, ada potensi pemborosan biaya hingga Rp 122,8 triliun.

Abra menjelaskan nilai tersebut berasal dari asumsi biaya pokok perolehan listrik itu Rp 1.333 per kWh, lalu jika dikonversi dengan over supply yang 26,3% pada 2021, maka diperoleh potensi pemborosan akibat over supply sebesar Rp 122,8 triliun pada 2021.

Menurutnya, kelebihan listrik ini menjadi salah satu ancaman yang cukup serius, terutama bagi keuangan PLN dan negara. Bila ini dibiarkan, maka menurutnya pada ujungnya juga bisa berdampak pada keuangan negara karena bagaimanapun pemerintah masih memberikan subsidi dan kompensasi listrik kepada PLN.

"Keuangan PLN akan bleeding atau berdarah-darah, sehingga cashflow yang terganggu akan menyebabkan pemerintah turun tangan dalam pemberian PMN (Penyertaan Modal Negara) yang lebih besar. Ini disebut sebagai risiko kontingensi terhadap APBN. Kalau dibiarkan terus, maka defisit APBN kembali melebar dan tanggungan masalah PLN berakibat pada menyempitnya ruang fiskal," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/09/2022).

"Ini persoalan serius, kalau ini dibiarkan, maka ini akan terus menjadi parasit dalam APBN kita. Jadi, over supply listrik ini secara langsung jadi parasit menghisap sumber daya fiskal kita untuk kompensasi listrik tadi," lanjutnya.

Dia pun membeberkan adanya potensi kelebihan pasokan listrik hingga beberapa tahun mendatang. Pasalnya, ada penambahan kapasitas pembangkit di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 sebesar 40,6 GW.

"Jadi tambahan 40,6 GW kalau tidak diimbangi dengan kecepatan demand listriknya, ini bahaya akan semakin berbahaya," ungkapnya.

Selain itu, menurutnya kelebihan pasokan listrik juga bisa berdampak pada sulitnya PLN mendapatkan pinjaman baru karena meningkatnya risiko keuangan PLN.

"PLN makin sulit mendapatkan pinjaman baru karena risiko keuangan yang meningkat, sekaligus ketergantungan pada pembangkit berbahan bakar batu bara menurunkan minat kreditur, baik bank maupun investor dalam melakukan pembelian surat utang PLN," katanya.

"Kalaupun ada yang memberi pinjaman, konsekuensi bunga akan sangat mahal, interest payment PLN bisa bengkak. Repot juga, suku bunga sekarang terus naik, terutama bunga global bond ditambah isu lingkungan jadi tantangan utama PLN," tandasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pak Jokowi, Diminta Turun Tangan Urus Kelebihan Listrik nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular