Kelakar Bahlil: Ilmu Langit tidak Bisa Ramal Ekonomi Global!

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
02 October 2022 16:15
BKPM, Pemberian NIB Pelaku UMKM Perseorangan
Foto: Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Dokumentasi Kementerian Investasi/BKPM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengomentari rilis temuan survei Indikator Politik Indonesia terkait perekonomian yang disampaikan secara virtual, Minggu (2/10/2022).

Menurut Indikator, sebanyak 30,9% responden menyebutkan kondisi ekonomi buruk dan 5,3% menyebutkan sangat buruk. Sedangkan yang mengatakan sedang sebesar 41,7%, baik 18,8%, dan sangat baik 2,3%.

"Ini masa yang krusial. Ekonomi global hari ini tidak ada yang bisa meramal, baik pakai teori ekonomi dengan pengalaman empiris maupun dengan ilmu langit," ungkap Bahlil.



Menurut dia, perang Rusia kontra Ukraina berdampak pada sistem tatanan global dan hal tersebut tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Dampaknya pun menjalar ke berbagai negara, misalnya di Inggris di mana ada permintaan pemerintah mengajukan penambahan APBN.

"Dan mata uang mereka turun serta dolar justru membumbung tinggi," kata Bahlil.

Lebih lanjut, dia mengatakan kalau banyak orang bilang apa yang terjadi di global tidak berdampak kepada perekonomian tanah air. Padahal apa yang terjadi di dunia tentu berdampak ke Indonesia.

"Kita lihat krisis pangan dan energi sudah berdampak ke Indonesia. Lihat pengurangan subsidi dan naiknya BBM adalah karena persoalan naiknya BBM dari US$ 63-70 per barel menjadi US$ 100-104 per barel," ujar Bahlil.

Lalu, bagaimana kiat pemerintah menarik investasi di tengah situasi sulit saat ini?

"Tidak ada cara lain kecuali dengan bukti dan kerja keras. Buktinya adalah saat ini sudah ada investasi yang akan segera masuk dari Belanda dan Meksiko," kata Bahlil.

Menurut dia, pemerintah terus berupaya maksimal dalam menarik investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ditambah lagi, lanjutnya, Presiden Jokowi memintanya untuk turun ke daerah agar daerah juga bisa menjadi subjek dan objek investasi.

"Kalau investasi hanya diambil oleh pemodal hal itu sangat tidak diinginkan presiden. Oleh katena itu saya diminta untuk mengawal," ujar Bahlil.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dari sisi persepsi nasional lebih banyak yang menyebutkan kondisi ekonomi buruk.

"Namun begitu survei digelar awal September usai kenaikan BBM, ekonomi mengalami perbaikan, mayoritas orang yang disurvei tetap merasa merasa kondisi ekonomi memburuk mencapai 51,7%" kata Burhanuddin.

Dalam survei, responden juga ditanya perihal masalah mendesak yang harus diselesaikan pemerintah dalam lima tahun ke depan. Tiga isu utama itu antara lain, adalah mengendalikan harga kebutuhan pokok sebanyak 42,9%, menciptakan lapangan kerja sebanyak 16%, dan mengurangi kemiskinan sebanyak 9,3%.

"Terjadi perubahan pada masalah mendesak yang diharapkan bisa diselesaikan oleh pemerintah. Pasalnya pada masa awal pandemi penanganan pandemi adalah hal mendesak bagi masyarakat," pungkas Burhanuddin.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live! Bahlil Beberkan Investasi Asing Ratusan Triliun di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular