Ambisi Hilirisasi Mineral RI Ternyata Hadapi 2 Tantangan Ini

rah, CNBC Indonesia
01 October 2022 10:51
Sederet Program MIND ID Dukung Hilirisasi Minerba RI
Foto: Sederet Program MIND ID Dukung Hilirisasi Minerba RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah pada kekayaan alam Indonesia gencar diupayakan oleh Pemerintah, salah satunya di sektor pertambangan. Sayangnya, upaya hilirisasi mineral memiliki sejumlah tantangan yang harus dihadapi.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Kemenko Marinves), Septian Hario Seto menyatakan ada dua tantangan bagi Indonesia dalam menggenjot hilirisasi di dalam negeri. Pertama, yakni keterbatasan sumber daya manusia.

Menurut Seto keterbatasan sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, investor setidaknya membutuhkan 1000 lulusan metalurgi dan material science setiap tahun nya.

"Ini adalah PR yang harus kita selesaikan, Pak Menko sudah menginisiasi diskusi dengan beberapa universitas untuk membuka jurusan metalurgi yang ada di kampus-kampus mereka gitu kalau enggak nanti akan ada shortage mereka terpaksa mendatangkan TKA lagi kan nggak lucu gitu buat kita ya," ujar Seto dalam acara Closing Bell, Rabu (28/9/2022).

 

Kedua, ketersediaan litium untuk bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia. Saat ini RI masih mengandalkan impor untuk memenuhi bahan baku tersebut.

"Jadi kalau mau meningkatkan value added baterai dari prekursor menjadikan katoda kita butuh litium jadi saya kira ini satu pekerjaan rumah," ujarnya.

Seto pun sempat bertemu dan berdiskusi dengan beberapa perusahaan litium dari Amerika dan Australia, dan berharap mereka mau membangun litium refinery di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Rizal Kasli menilai hilirisasi komoditas nikel yang dikembangkan pemerintah di dalam negeri telah berhasil. Oleh sebab itu, sudah waktunya hilirisasi menyasar ke komoditas mineral lainnya seperti timah, bauksit dan juga tembaga.

Menurutnya program hilirisasi nikel yang digencarkan pemerintah telah mempunyai progress yang cukup bagus. Dia mengharapkan hilirisasi mineral lainnya seperti timah, bauksit, dan tembaga dapat mengulang kesuksesan nikel.

"Kami harapkan komoditas lain seperti timah, bauksit, kemudian tembaga dan sebagainya ini bisa dilanjutkan program hilirisasi dengan melakukan benchmark komoditas nikel. Di nikel itu sekarang sudah cukup bagus artinya pemerintah sudah berhasil untuk melakukan larangan ekspor ore nikel," ujar dia.

Rizal mengharapkan agar program hilirisasi ke depan tidak hanya berhenti pada intermedia produk saja. Namun harus lebih ke produk turunan yang lebih hilir.

Artinya pemerintah harus menciptakan industri-industri lanjutan dari produk yang dihasilkan oleh sektor pertambangan menjadi produk akhir ataupun ke industri manufaktur.

"Kalau dari sisi Kementerian ESDM kami menilai bahwa hilirisasi yang dilakukan itu sudah berhasil dengan banyaknya dibangun industri-industri baik smelter maupun refinery sehingga kita bisa menghentikan ekspor," ujarnya.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hilirisasi Tambang Jadi Pintu Masuk RI Menggapai Negara Maju

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular