Harga BBM Beneran Turun 1 Oktober? Ini Kata Anak Buah Erick

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 29/09/2022 17:10 WIB
Foto: Antrean kendaraan untuk pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Pondok Cabe Raya Jakarta, Rabu (31/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia sejak Agustus lalu terlihat menunjukkan tren penurunan. Bahkan, beberapa hari belakangan ini sempat menyentuh di bawah US$ 80 per barel meski kini ada peningkatan.

Pada Rabu (29/9/2022) harga minyak Brent ditutup melonjak 3,54% dibanding posisi sebelumnya menjadi US$ 89,32 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate melambung 4,65% ke US$ 82,15 per barel.

Sejak Agustus 2022 harga minyak dunia telah melemah ke bawah US$ 100 per barel. Ini jauh lebih rendah dibandingkan masa puncaknya pada 8 Maret 2022 lalu yang mencapai US$ 127,98 per barel.


Ekonom menilai, turunnya harga minyak mentah dunia ini seharusnya bisa berdampak pula pada penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi maupun non subsidi.

Lantas, apakah artinya ada kemungkinan perusahaan minyak plat merah RI akan menurunkan harga jual BBM pada awal Oktober mendatang? Seperti diketahui, badan usaha penyalur BBM, termasuk Pertamina, biasanya melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi setiap tanggal 1 setiap bulannya.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun akhirnya buka suara terkait isu ini. Kementerian menyadari harga minyak mentah dunia saat ini mengalami penurunan dan berada di level US$ 80 per barel. Namun demikian, penurunan harga minyak tersebut tidak serta merta membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri ikut turun.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa minyak mentah yang dibeli Pertamina merupakan minyak dengan harga di dua bulan yang lalu. Dengan begitu, untuk dapat menghitung penurunan harga BBM, menurutnya perlu diperhitungkan dengan matang potensi harga minyak beberapa bulan ke depan.

"Harganya kan masih harga lama, kalau sekarang kita lihat nanti berapa lama maka seharusnya itu akan berpengaruh pada ke depannya. Dilihat dulu rata-ratanya berapa, kita bukan seperti harga crude oil pembelian di lapangan. Itu kan harus diolah lagi, biasanya Pertamina kan beli dua bulan sebelumnya," tutur Arya saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (29/9/2022).

Sementara itu, sebagai badan usaha yang ditugaskan menyalurkan BBM di masyarakat, Pertamina kemungkinan akan melakukan penyesuaian harga di tengah tren penurunan harga minyak mentah. Hal ini sudah dilakukan untuk produk BBM non subsidi beberapa waktu lalu yang mengalami penurunan harga.

"Untuk BBM Non Subsidi kemungkinan penyesuaian tentu ada. Ini sudah dibuktikan pada harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex pada awal September lalu yang mengalami penurunan," ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022)

Menurut Irto, sebagai Jenis bahan bakar umum (JBU) atau BBM non subsidi yang pengaturan harganya diatur dalam Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU), Pertamina selaku badan usaha juga akan mengevaluasi harga jual BBM non subsidinya setiap bulan.

"Namun selain harga minyak mentah, perlu juga dilihat faktor lain seperti kurs, MOPS dll. Karena faktor faktor tersebut juga menjadi pertimbangan untuk menentukan harga selain harga minyak mentah," kata dia.

Sedangkan, badan usaha swasta seperti Shell Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan hingga kini masih memantau pergerakan minyak mentah. VP Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menjelaskan Shell mengatakan pihaknya masih mencermati kondisi pasar terkait harga minyak dunia.

"Namun dapat kami sampaikan bahwa penetapan harga BBM Shell dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor," kata dia.

Diantaranya seperti harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.

"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan masih sejalan dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, dengan tren penurunan harga minyak mentah, maka ini menjadi sinyal positif bagi beban subsidi energi yang akan ikut turun. Dengan begitu, pemerintah mempunyai kesempatan untuk menurunkan harga BBM jenis subsidi ke angka sebelum terjadinya kenaikan.

"Langkah ini harus dilakukan karena tidak adil apabila harga minyak mentah turun beban subsidi menurun pemerintah masih mempertahankan harga BBM yang mahal. Nah jadi ada kemungkinan Pertalite turunkan lagi setidaknya di bawah Rp 7.650 per liter atau kembali ke level Rp 7.650 per liter dan solar sekitar Rp 5.000 per liter," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu (28/9/2022).


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak