Banyak Nabung Deh! Resesi Global Hampir Pasti di 2023
Jakarta, CNBC Indonesia - Guncangan ekonomi dunia terjadi saat ini. Mulai dari inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga yang tajam, hingga perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.
Sebuah lembaga riset di Amerika Serikat (AS) bernama Ned Davis Research, membuat model perhitungan kemungkinan terjadinya resesi global di 2023. Hasilnya mencengangkan, kemungkinan terjadinya resesi global di 2023 mencapai 98,1%.
Hasil kemungkinan resesi yang tinggi ini pernah terjadi menurut perhitungan Ned Davis pada 2020, dan saat terjadinya krisis keuangan global di 2008 dan 2009.
"Ini mengindikasikan bahwa risiko resesi global yang parah meningkat di 2023," demikian bunyi laporan Ekonom dari Net Davis Research, seperti dilansir dari CNN, Kamis (29/10/2022).
Di saat para bank sentral dunia berusaha untuk mengendalikan inflasi dengan cara menaikkan bunga acuannya, para ekonom dan investor makin pesimistis dengan kondisi ekonomi ke depan.
Sebanyak 7 dari 10 ekonom yang disurvei oleh World Economic Forum, menyadari akan adanya risiko resesi global ke depan. Para ekonom kembali menghitung proyeksi dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang akan terjadi.
Selain kenaikan harga pangan dan energi, para ekonom juga memberikan perhatian kepada tingginya ongkos biaya hidup saat ini. Sebanyak 79% dari pada ekonom yang disurvei oleh World Economic Forum memproyeksikan, kenaikan harga-harga akan menimbulkan masalah sosial pada negara berpendapatan rendah di dunia.
Bahkan seorang miliuner di AS, Stanley Druckenmiller, mengatakan kepada CNBC, bahwa akan ada resesi parah yang terjadi 2023. Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), mulai khawatir akan meningkatnya risiko penurunan ekonomi ke depan.
Meski begitu, masih ada secercah harapan, khususnya di AS sebagai ekonomi terbesar di dunia. Di negara tersebut, pasar tenaga kerja masih kuat dan angka pengangguran berada di tingkat terendah sejak 1969. Masyarakat juga terus melakukan belanja, dan perusahaan-perusahaan masih bisa meraup untung.
Ada juga harapan, bahwa laju inflasi di AS akan mendingin dalam beberapa bulan ke depan, karena angka penawaran bisa bertemu dengan angka permintaan.
(wed/wed)