Siap-siap, Tekad Jokowi Sudah Bulat Melarang Ekspor Timah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sudah bertekad akan melakukan penyetopan ekspor timah, bauksit dan tembaga dengan segera. Hal ini setelah Presiden Jokowi sukses dengan pelarangan ekspor bijih nikel.
Jokowi mengatakan bahwa pada masa awal pelarangan ekspor nikel banyak orang-orang yang berkomentar tidak setuju dan meminta pemerintah untuk berhati-hati, karena nilai ekspor negara bisa anjlok karena memberhentikan ekspor bijih nikel tersebut.
Namun nyatanya, setelah larangan ekspor bijih nikel disetop dan Indonesia menggalakkan hilirisasi nikel di dalam negeri untuk mendapatkan hasil ekspor dengan nilai tambah, justru pendapatan negara dari ekspor hilirisasi nikel menjadi bertambah.
"Dulu ekspor nikel hanya mentahan, sekarang ada industri smelter. Dan harus kita paksa. Dulu nikel kita setop ramai, orang datang siapa saja menyampaikan hati-hati ekspor bisa anjlok karena memberhentikan ekspor nikel ini," ungkap Jokowi dalam agenda UOB Economic Outlook 2022, Kamis (29/9/2022).
Jokowi mencatat, lewat pelarangan ekspor bijih nikel menjadi ekspor melalui proses hilirisasi, pendapatan negara melejit signifikan dari yang sebelumnya hanya US$ 1,1 miliar atau Rp 15 triliunan pada tahun 2017-an menjadi US$ 20,9 miliar atau Rp 360 miliar pada tahun 2021. "Meloncat dari Rp 15 triliun ke Rp 360 triliun, itu baru nikel. Nanti kita setop lagi timah, tembaga. Setop lagi ekspor barang-barang mentahan," ungkap dia.
"Hilirisasi jangan sampai berpuluh-puluh tahun menjual komoditas saja, kini setop tapi satu-satu tidak barengan," tandas Jokowi.
Asal tau saja, sampai saat ini, serapan timah untuk dalam negeri masih minim atau mencapai 5% atau 3.500 dari total produksi timah. Sementara hasil kegiatan ekspor pada tahun 2020 mencapai sekitar 74 ribu ton.
"Tentu kami perlu waktu karena ini bukan keahlian kami (hilirisasi), karena kami ahlinya menambang dan melebur jadi tentunya kami mendukung hilirisasi, ini ide fantastis. Kami butuh waktu kalau bisa ini hilirisasi dilakukan secara bertahap," terang Jabin Sufianto Sekjen Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (27/9/2022).
Sejatinya, pelarangan ekspor bijih nikel dan timah dinilai berbeda. Pasalnya sejauh ini timah yang di ekspor merupakan timah dalam bentuk pemurnian atau timah murni berjenis Tin Ingot dengan kadar Sn 99,99 atau 99,99%.
Apabila larangan ekspor timah Indonesia dilakukan secara mendadak, maka Indonesia akan rugi. Pasalnya, market share Indonesia akan diambil oleh negara-negara tetangga, di mana ekspor timah terbesar dari Indonesia adalah China.
Nah, apabila kegiatan ekspor timah disetop, maka Indonesia akan kehilangan devisa ekspor tersebut lantaran mininya serapan di dalam negeri. Sekjen AETI, Jabin Sufianto menyatakan bahwa devisa hasil ekspor timah untuk Indonesia mencapai US$ 8 miliar atau Rp 121,24 triliun (kurs Rupiah Rp 15.156 per dollar AS).
"Saya berikan gambaran devisa pertimahan untuk Indonesia ini sudah di US$ 8 miliar. Jadi siap-siap saja akan kehilangan devisa. Bukannya apa, yang kami takuti sebagai pelaku timah kita juga akan kehilangan market share kita di dunia timah kalau sekali pembeli yg sudah langganan ke smelter lainnya kita sudah susah trade marketnya lagi yang selama ini sudah terbentuk," ungkap Jabin kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (27/9/2022).
Pjs Wakil Ketua Umum Bidang ESDM Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Carmelita Hartoto menyebutkan, bahwa pengembangan hilirisasi timah membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Sehingga, ia meminta kepada pemerintah untuk membuat roadmap sebelum pelarangan kegiatan ekspor timah berjalan.
"Saat ini kami meminta bantuan dari pemerintah untuk duduk bersama. Ini sesuatu yang mengejutkan pada teman-teman pengusaha timah, sehingga mereka meminta permudah untuk membuat satu roadmap," ungkap Carmelita kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (27/9/2022).
Selain itu, negara-negara tetangga juga akan tersenyum dengan pelarangan ekspor ini. Pasalnya, negara-negara tetangga tersebut akan menggantikan market share timah Indonesia yang saat ini menguasai dunia.
Sebagai catatan, ekspor terbesar timah Indonesia merupakan ke China. Alhasil, dengan penyetopan ekspor mendadak tentunya akan berurusan dengan China.
"Sebenarnya negara tetangga kita akan tersenyum kalau kita berhentikan atau menyetop ekspor secara tiba-tiba dan tentunya dengan WTO juga akan masalah. Setahu saya WTO gak boleh melanggar larangan ekspor yang tiba-tiba itu yang perlu dipikirkan. Bukan dari Kadin tidak sepakat dengan keputusan Presiden tapi waktunya aja gitu lho," tandas Carmelita.
(pgr/pgr)