Batu Bara: Barang Tuhan (Sudahkah) Dibagi Rata?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha menilai kekayaan alam Indonesia yang terkandung di dalamnya berupa batu bara harus dinikmati secara luas untuk kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu bagi produsen, batu bara merupakan barang Tuhan yang harus dibagi rata.
Plt Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno mengatakan Indonesia dianugerahi sumber daya alam berupa batu bara yang cukup melimpah. Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tercatat sumber daya cadangan batu bara Indonesia mencapai 31,7 miliar ton pada awal tahun 2022 ini.
"Batu bara ini saya sampaikan bahwa ini Barang dari Tuhan harus dibagi rata. Jadi tadi kalau pakai menanggung pemerataan energi dan sebagainya ya satu-satunya adalah kita mulai dengan yang kita punya," ujar Djoko dalam acara Webinar Bedah Buku Tambang Transformatif, Senin (26/9/2022).
Sejatinya, penggunaan batu bara ke depan akan terancam tatkala dunia akan memasuki masa transisi energi dari energi fosil menuju energi bersih atau energi baru dan terbarukan (EBT), demi mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Di Indonesia sendiri, penggunaan batu bara akan mulai terkikis, di mulai dari dihentikannya pembangunan PLTU baru mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Energi Baru Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Djoko bilang, banyak negara memang yang berusaha mengurangi efek dari emisi gas rumah kaca hingga CO2, salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan batu bara. Namun dalam kacamata Djoko, negara-negara tersebut masih banyak yang mencari energi paling murah.
Adapun energi paling murah ini adalah batu bara. "Dunia iri kepada Indonesia, karena iri kita di desak untuk mengurangi pemakaian energi fosil, tapi bagaimana caranya kita bisa menggunakan energi bersih tanpa mengurangi energi fosil," ungkap dia, Senin (26/9/2022).
Ia mengatakan, bahwa ada peneliti dari Swiss yang melakukan penelitian di Indonesia atas penggunaan batu bara. Di mana, Emisi CO2 dari Indonesia yang dihasilkan dari Indonesia hanya 2% untuk efek Dunia. "Apa artinya 2%, kenapa kita sibuk dengan mencari pinjaman untuk energi baru terbarukan dan sebagainya. Apakah kita tidak termasuk yang paranoid?" ungkap dia.
Djoko berpegang teguh atas istilah 'Batu Bara: Barang Tuhan Dibagi Rata'. Di mana batu bara ini bisa digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, sehingga keberadaannya masih dibutuhkan.
Adapun untuk mengurangi CO2 dan emisi gas rumah kaca itu bisa menggunakan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS) atau diatasi dengan gasifikasi melalui hilirisasi batu bara menjadi DME
"Kalau begitu ini kita akan atasi dengan teman-teman yang sekarang sedang mencari bentuk energi bersih dan terbarukan lewat batu bara dengan mengembangkan penelitian-penelitian untuk menangkap gas rumah kaca dan CO2 nya itu," tandas Djoko.
Djoko mengisahkan, pada era 80'an silam, dia secara tegas menolak usulan awal pengembangan energi baru berupa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Alih-alih menggunakan PLTN yang bahan bakunya masih andalkan impor, ia mendorong agar pemanfaatan batu bara sebagai energi primer dapat dioptimalkan.
"Kita tergantung kepada orang lain, tergantung kepada dunia barat dan ini saya tidak mau. Jadi terutama saya pesan ke Bu Lana (Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara) bagaimana kita coba pertahankan energi batu bara walaupun presiden mengatakan tidak ada PLTU lagi tapi yang menjanjikan energi primer hari ini adalah batu bara," ujarnya.
(pgr/pgr)