Internasional

Sasar 4 Wilayah Ukraina, 'Senjata' Baru Putin Mulai Ngefek

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 September 2022 10:45
Seorang pemilih berjalan untuk memberikan suaranya di tempat pemungutan suara pada hari kedua referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, di Mariupol, Ukraina, Sabtu (24/9/2022). (REUTERS/Alexander Ermochenko)
Foto: Seorang pemilih berjalan untuk memberikan suaranya di tempat pemungutan suara pada hari kedua referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, di Mariupol, Ukraina, Sabtu (24/9/2022). (REUTERS/Alexander Ermochenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia memulai referendum di beberapa wilayah yang dikuasainya di Ukraina yakni di Donetsk, Luhansk, dan Ukraina selatan pada Jumat, (23/9/2022). Hingga Minggu, beberapa wilayah telah mencatatkan jumlah partisipasi yang mencapai 50%.

Dalam data resmi, di Republik Rakyat Lugansk (LPR), lebih dari 76% pemilih yang memenuhi syarat telah memberikan suara mereka. Referendum di Republik Rakyat Donetsk (DPR) berjalan dengan kecepatan yang sama, dengan sekitar 77% pemilih hadir di tempat pemungutan suara.

Wilayah Kherson dan Zaporizhzhia yang sebagian besar direbut oleh pasukan Rusia di tengah konflik yang sedang berlangsung telah menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah. Namun di Zaporizhzhia, jumlah partisipasi masih di atas ambang 50%.

"Wilayah yang terakhir telah memenuhi ambang batas hukum yang disyaratkan, dengan sekitar 51,55% pemilih terdaftar telah memberikan suara mereka, menurut kepala komite pemilihan Zaporizhzhia, Galina Katyshenko, kepada Russia Today, Minggu, (25/9/2022).

Kherson sejauh ini menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah. Wilayah itu hanya mencatatkan hampir 49% pemilih yang muncul untuk referendum.

Referendum ini sendiri rencananya akan dilaksanakan hingga 27 September mendatang. Sejauh ini, Ukraina dan sekutu Baratnya menyatakan bahwa jajak pendapat yang diadakan Moskow ini merupakan tindakan ilegal.

"Jika Rusia menyelesaikan referendum, itu akan membuat tidak mungkin, dalam hal apa pun, untuk melanjutkan negosiasi diplomatik dengan Moskow," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara dengan media Amerika Serikat (AS), CBS.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Ia menyebut serangan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat etnis Rusia di negara itu dari kaum ultranasionalis sekaligus menghentikan Kyiv untuk bergabung pada aliansi militer NATO.

Beberapa hari sebelum menyatakan serangan ini, Putin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka. Ia juga menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Itu Referendum, 'Senjata' Prabowo Damaikan Rusia-Ukraina?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular