Tiba-tiba Muncul 'Malapetaka' Baru yang Ancam Dunia! Apa Itu?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Minggu, 25/09/2022 13:00 WIB
Foto: REUTERS/Danish Ismail/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah ekonomi mengalami krisis dihantam karena krisis akibat pandemi Covid-19, dunia kini kembali terancam minimnya pasokan tembaga.

Inflasi tinggi menyebabkan biaya produksi tembaga semakin meningkat, sehingga minat investor di sektor ini menurun. Sehingga krisis tembaga semakin mengancam. Harga tembaga yang terus menurun membuat ekspansi di bisnis tembaga semakin melambat.


Lembaga penyedia data komoditas global yang berbasis di Paris, Prancis, Kpler, mengungkapkan kurangnya investasi terhadap tembaga dalam 10 terakhir ini berpotensi menyebabkan ancaman terganggunya pasokan komoditas logam ini.

Padahal, harga tembaga telah melonjak signifikan dalam setahun terakhir, salah satunya diakibatkan oleh maraknya investasi ramah lingkungan sehingga menciptakan peningkatan permintaan terhadap logam, salah satunya tembaga.

"Sejumlah produsen di pasar ini [logam] mengalami pertumbuhan sangat konservatif selama satu dekade terakhir. Hal ini benar-benar mengakibatkan kurangnya investasi yang mengalir melalui rantai pasokan, dan jelas sekarang menciptakan masalah [ancaman krisis pasokan]," kata analis komoditas Reid I'Anson dari Kpler, dikutip CNBC International, Minggu (25/9/2022).

Dari bidang elektronika hingga konstruksi rumah, tembaga digunakan secara luas dalam manufaktur dan pemulihan permintaan akan logam ini dipandang sebagai salah satu indikator utama dalam hal tren perkembangan ekonomi saat pandemi ini.

Awal tahun ini, harga tembaga sempat mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sejak awal tahun, harga tembaga telah naik sekitar 21%.

"Jadi saat ini semakin banyak dari perusahaan [produsen logam] tersebut menyadari akan harga yang lebih tinggi dan mereka ingin mengambil keuntungan, sedangkan waktu untuk membuka tambang baru dan dapat beroperasi akan memakan waktu cukup lama," katanya.

Ke depan, permintaan tembaga akan terus meningkat. Salah satu faktor kuncinya adalah dorongan menuju pembangunan berkelanjutan seiring dengan lebih banyak inisiatif hijau yang dilakukan oleh pemerintah.

Tembaga, katanya, banyak digunakan dalam pengembangan kendaraan listrik serta infrastruktur pembangkit listrik energi terbarukan.

"Saya pikir kinerja logam akan cukup baik, mengingat fakta akan semakin banyak 'ekonomi barat' bersedia menghabiskan banyak uang untuk memastikan bahwa mereka 'menghijaukan ekonomi mereka' dan itu akan membutuhkan banyak pasokan tembaga di masa depan," kata I'Anson.

Secara rinci, raksasa pertambangan Newmont Corp misalnya, membatalkan rencana proyek emas dan tembaga senilai US$ 2 miliar di Peru. Cile salah satu negara pemasok tembaga terbesar di dunia juga terlihat mencatatkan penurunan produksi.

Selain itu Freeport-McMoran Inc, salah satu pemasok tembaga terbesar di dunia juga telah memperingatkan, harga sekarang tidak cukup untuk mendukung investasi baru. Seperti diketahui, sejak Maret lalu, harga tembaga mulai turun hampir sepertiga dari harga aslinya. Para penambang dan pedagang logam terbesar pun mengingatkan akan terjadi kekurangan logam beberapa tahun ke depan


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Solusi Bubut dan Milling Baru Diperkenalkan untuk Efisiensi